Mohon tunggu...
Urip Sugeng
Urip Sugeng Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aku Cinta Indonesia

Membaca dan membaca untuk meningkatkan fungsi dan menghormati titipan dari Pemberi Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tips Beramal Tanpa Modal

30 Maret 2020   22:18 Diperbarui: 30 Maret 2020   22:52 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
di depan Taman Sengkalin

Malam itu tampaknya sangat sepi melebihi beberapa hari belakangan karena mmerebaknya virus corona Covid-19, yang sudah berlangsung hamper 2 minggu.

Awalnya, aku berniat membeli STMJ, dan segera pulang untuk meminumnya dirumah seperti biasanya, tetapi entah kenapa, ketika tiba di warung yang teletak depan tempat wisata yang sudah ada sejak jaman dulu, Taman Sengkaling, hatiku jadi trenyuh dan memutuskan untuk minum disitu saja, kasihan sepi, moga moga saja dengan aku parkirkan motor di pinggir jalan, orang lain tidak segan atau takut untuk "andok", toh santai sejenak disitu kan nggak masalah, sambil mengamati keadaan.

Penjualnyapun sebenarnya heran, mungkin dia tahu kalau aku selalu bilang "bungkus saja", layaknya kata kunci yang sakti selama ini. Kebiasaan saya memang begitu, karena warung STMJ ini sering buat nongkrong, padahal tempatnya yang agak sempit dengan sekitar 6 meja lesehan, kelihatan ramai, bahkan kadang saking ramainya, ada yang dengan santainya nyruput di pinggiran trotoar sambil ngobrol dengan temannya. 

Tapi malam ini, duhh, sepi..., tidak satupun pembeli selain aku, gegara isu yang di besar2kan kemaren, bahwa ada yang terpapar virus di gang sebelah.

Tidak beberapa lama, seorang temanku dari Sidoarjo yang selalu aktip jadi relawan sosial, Wakidi menelepon. Kali ini dia langsung menanyakan keadaan isu tentang warga Dau yang terpapar dan dibumbui bahwa ada 110 orang dinyatakan diisolasi karena berpotansi tertular.

Aku sungguh menyesalkan, kenapa orang2 begitu tega menyebarkan berita2 hoax, padahal yang menanggung akibatnya adalah masyarakat dan pedagang kecil disitu. 

Lihat saja, mulai gapura batas kota Batu kearah malang hingga Jetis mulyoagung, sepi sekali seperti kota mati. Banyak penjual yang tutup, mungkin sejak siang juga aku tidak tahu, seperti warung padang, tempe penyet, nasgor, nasi campur, gorengan, martabak, soto, sate Madura dll.

Aku forward juga screenshot bantahan dari orang yang merasa rumahnya diituduh penyebar virus. Aku sampaikan, sudahlah, jangan percaya mereka, sekarang ini banyak berita hoax, ada keinginan membuat resah, tidak nyaman. Aku yakin, besuk pasti akan nada klarifikasi dari petugas berwenang mengenai hal ini.

Bahkan aku mau bertaruh, jika hasil statistik besuk tambah 110 orang, baik status jadi pasien maupun status yang paling ringan, yaitu orang dalam resiko, maka saya traktir tiga hari makan gratis. Maka suara Wakidi pun terdengar tertawa terbahak bahak.

Sejurus kemudian, dia justru bertanya, apa tip beramal tanpa modal disaat kondisi genting seperti belakangan ini. Tanpa nunggu aku mikir untuk menjawab, dia langsung saja nrocos panjang x lebar, sepertinya aku nggak dikasih kesempatan untuk bernapas sekalipun, apalagi bertanya lebih jauh. Hehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun