Mohon tunggu...
summayyah rahmawati
summayyah rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PGMI - Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

saya seorang mahasiswa di Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan PGMI. Saya sangat senang dalam hal membaca dan berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Guru SD/MI Penting dalam Dunia Pendidikan dan Pembentukan Karakter Anak

8 September 2023   16:19 Diperbarui: 8 September 2023   16:21 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo, Sobat Kompasiana!!

Pada artikel-artikel saya sebelumnya, saya membahas mengenai materi-materi dalam bahasa Indonesia.

Untuk kali ini mungkin sedikit berbeda. Pada hari Rabu, 6 September 2023, saya mendapatkan kelas Ilmu Pendidikan Islam yang di ampu oleh Dr. Suwendi, M. Ag.

Beliau sangat memotivasi kami sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, yang dimana jurusan kami mungkin dianggap kebanyakan orang sebagai jurusan yang biasa saja. Namun ternyata, pendidikan yang paling membekas dan yang membentuk karakter anak murid nantinya adalah guru SD/MI. Dalam kalimat yang singkat seperti itu saja bisa disimpulkan bahwa guru SD/MI tidak kalah pentingnya dengan profesi-profesi lainnya. Datangnya dokter hebat, tentara kuat, dan lain-lainnya tentunya pada mulanya dibentuk dan dibina oleh guru SD/MI. Maka dari itu saya sebagai mahasiswi jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah tidak lagi merasa remeh dihadapan mahasiswa/i jurusan lain.

Pada pertemuan tempo hari pula saya mengerti akan pentingnya pembentukan karakter anak pada usia dini. Sebagai sebuah ilustrasi, ada dua gambaran. Pertama, ada seorang anak dari keluarga kaya raya yang memiliki segalanya namun ia memilih tidak kuliah. Dan kedua, ada seorang anak dari keluarga yang biasa saja dan mungkin kesulitan dalam perekonomiannya, tetapi ia memilih meneruskan kuliah. Apa yang berbeda dari kedua situasi tersebut?

Ada beberapa perbedaan. Pertama dilihat dari niat, niat adalah kunci dari segalanya. Kedua adalah keinginan dan semangat yang tinggi, tentunya sekedar memiliki niat saja belum cukup. Pastinya dengan keinginan dan semangat yang tinggi mendorong seseorang untuk memiliki cita-cita yang luar biasa. Seorang anak dari keluarga kaya raya mungkin mengacuhkan kuliah karena sebagian dari mereka lebih memilih meneruskan usaha keluarganya atau beranggapan bahwa keluarga sudah memiliki segalanya (baca: tidak semua anak dari keluarga kaya raya seperti ilustrasi tersebut). Dan kebanyakan anak dari keluarga biasa saja memiliki semangat yang tinggi untuk meraih cita-citanya dikarenakan banyak hal dengan alasan dan tujuannya masing-masing. Mungkin sebagian dari mereka ingin mengangkat derajat orang tuanya dari hasil usahanya sendiri dan masih banyak alasan lainnya. Dan ketiga, tentunya semua hal diatas dapat dilihat dari rasa syukur dan parenting yang didapatkan oleh anak dari kedua orang tua dan lingkungan sekitar.

Maka dari itu, kita semua harus memiliki beberapa hal yang sudah saya sebutkan diatas. Saya yakin jika kita memiliki keinginan dan semangat yang tinggi tentunya dilengkapi dengan rasa bersyukur, maka akan ada jalan disetiap usaha yang kita lakukan. Dr. Suwendi, M.Ag. pun mengatakan bahwa orang yang paling gagal adalah orang yang menjadikan ekonomi keluarganya sebagai alasan dia tidak bisa melanjutkan sekolah di jenjang yang lebih tinggi.

Saya harap, semua yang baca tulisan saya ini tidak termasuk orang gagal tersebut. Sekian tulisan yang bisa saya tuangkan, jangan lupa nantikan tulisan saya di artikel selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun