Jam dinding di kantor Dani menunjukkan pukul 17.00. Semua orang sudah bergegas menuju rumah masing-masing sejak pukul 16.00. Hanya sedikit karyawan yang masih di meja kerjanya. Meskipun tidak ada sekat ruang antar karyawan, semua bisa bekerja dengan konsentrasi. Semua kepala tertunduk tertuju pada layar komputer. Hanya papan setinggi bahu pembatas yang memisahkan mereka. Kalau sudah berdiri, baru tampak siapa saja yang masih tinggal. Salah satunya Rima. Dani dan Rima sudah bukan karyawan baru lagi.Â
"Dani, sudah jam lima, kok belum pulang?" tanya Rima mengagetkan. Dani masih diam dan hanya melambaikan tangan. Rima tahu Dani tipe suami yang tepat waktu pada jam kepulangannya. Oleh karena itu petang ini  dia tidak habis pikir melihat Dani masih mengerjakan sesuatu.
Rima mendekat dan membawakan sebungkus kacang dari dalam tasnya. Dia letakkan di meja Dani barangkali bisa untuk teman lembur. Dengan lembut, Rima menanyakan lagi mengapa Dani tidak segera pulang. Jawaban dengan suara malas keluar dari mulut Dani bahwa rumahnya yang tidak jauh dari kantor sekarang seakan jauh. Sudah terbayang wajah istrinya yang akhir-akhir ini sering marah. "Semakin malam kau pulang, bisa jadi kemarahan istrimu bertambah, Dani," bisik Rima. Dani pun langsung menutup komputernya dan berlari meninggalkan Rima.Â
Purwokerto, 2 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H