Masih banyak pihak yang mempertanyakan keilmiahan keadaan hipnosis atau orang terhipnotis, sebagian orang berpendapat bahwa keadaan orang terhipnotis hanya merupakan gambaran mental karena proses komunikasi tertentu, namun kajian mutakhir tentang itu di beberapa penelitian ilmiah membuktikan bahwa keadaan orang terhipnotis adalah spesifik yang nampak dari ciri khas mata subjek yang berbeda dengan kesadaran biasa.
tatapan mata sayu yang diamati pada para subjek yang sayu dalam keadaan kesadaran tertentu dengan perilaku khas yang ditimbulkan saat dalam keadaan terhipnosis itulah yang oleh para peneliti di Swedia dsn finlandia ditandai sebagai sebuah pembuktian mutakhir adanya keadaan hipnosis pada seorang subjek.
Sebenarnya sudah lama Asosiasi Psikologi Amerika dan Asosiasi Medikal Amerika mengakui adanya pengaruh signifikan pada hipnoterapi, yakni terapi yang menggunakan metode hipnosis, namun pembuktian bahwa keadaan orang terhipnosis yang terukur dengan cara memperhatikan kondisi mata yang memang berbeda dengan kondisi terjaga maupun tertidur pada manusia umumnya baru ditemukan pada temuan ilmiah tadi.
Di Indonesia sendiri fenomena hipnosis atau lebih dikenal dengan hipnotis masih diselimuti berbagai anggapan salah atau kesalahapahaman, bahkan dalam masyarakat atau kepercayaan tertentu sering dihubungkan dengan hal-hal mitis, sampai adanya istilah kejahatan hipnotis, sebuah penyebutan oleh media untuk kejahatan dengan modus yang mirip struktur hipnosis yang digunakan sang pelaku kejahatan.]
Nampaknya ke depan perlu dilakukan penelitian dan diseminasi tentang hipnosis, mengingat fenomena dan potensinya yang bisa digunakan untuk kepentingan dalam berbagai bidang mulai dari pemulihan stress dan masalah psikologi lainnya sampai kegunaanya untuk pendidikan dan pembangunan motivasi.
Kakak Suminta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H