Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jadi Guru Jangan Pura-Pura Bahagia

22 Oktober 2024   14:14 Diperbarui: 22 Oktober 2024   14:38 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebersamaan Guru dan Murid. Doc. pribadi

Menjadi guru harus bisa memainkan peran di depan murid. Seburuk apapun kondisi pikiran, perasaan, maupun fisik hari itu, guru harus bisa tersenyum dan menampakkan bahagia. Itulah kalimat-kalimat yang selalu terdengar, meluncur dari sebagian guru. Tidak semua, tapi lebih banyak menyampaikan hal tersebut ketika mereka dimintai pendapat, 'Seperti apa peran guru di depan kelas'.

Hal tersebut menjadi pertanyaan besar yang harus ditelurusi. Juga menemu jawab, mengapa demikian. Apakah guru seorang aktor yang harus selalu memainkan peran? Apakah guru harus menampakkan wajah 'seolah-olah bahagia' di depan muridnya. Ataukah benar, guru mengamoflase perasaan, sikap, dan wajahnya di depan murid-muridnya?

Mengapa guru tidak benar-benar bahagia menjalani hari-harinya. Mengapa guru tidak tersenyum tulus dari hati yang paling dalam saat berada di depan kelas? Apakah menjadi suatu kenaifan jika guru benar-benar bahagia setiap saat?

Stressing Penyebab Kepura-puraan

Beberapa faktor yang memungkinkan guru tidak bahagia adalah stress. Tidak dipungkiri, stress merupakan bagian alami dari seseorang. Suatu reaksi baik fisik maupun psikis yang ditimbulkan dari perubahan lingkungan yang terjadi pada seseorang. Akan menjadi suatu yang biasa jika reaksi tersebut biasa dan dirasa tidak berat dirasakan. Namun jika reaksi yang ditimbulkan mengakibatkan beban berat bagi seseorang akan mengganggu kesehatan orang tersebut.

Sebenarnya kondisi stress yang mungkin dialami oleh seorang guru jamak terjadi; digeneralisasikan untuk saat ini. Padahal sesungguhnya masih banyak guru yang bahagia hidupnya. Hingga mengakibatkan guru sekadar pura-pura bahagia di depan muridnya. Tidak menampakkan bahagia yang sebenarnya.

  • Tidak Menekuni Profesi Secara Utuh

Banyak guru yang mengatakan, "saya terjerumus di jalan yang benar." Kalimat seperti ini cukup menggelitik. Terjerumus tapi pada jalan yang benar. Di mana dimungkinkan, seseorang yang terjun di dunia Pendidikan sebagai guru bukan atas dasar keinginan sendiri. Tidak sengaja menjadi guru, atau karena kondisi 'turunan' yang diwariskan oleh orang tuanya. 

Atau justru menjadi pilihan pekerjaan terakhir di antara pekerjaan yang diimpikan.

Kondisi yang demikian bisa menyebabkan seorang guru mengalami stress. Sebab guru tidak menjadi dirinya sendiri namun menjadi orang lain. Sehingga guru 'pura-pura bahagia' untuk membuat murid-muridnya terlihat bahagia.

  • Pengembangan Profesi Tidak Relevan

Pada saat guru kurang utuh dalam menjalani profesi, sering terjebak pada pengembangan diri pada hal selain mengajar. Pada saat sudah merasa nyaman dengan pengembangan diri lainnya membuat mengajar menjadi hal yang kurang menyenangkan. Itulah sebabnya, beberapa guru menjalani aktivitas mengajar menjadi pekerjaan kedua bukan lagi pekerjaan utama.

  • Kurangnya Dukungan Rekan Kerja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun