Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Film

Cerita Mistis Sekawan Limo Akibat Melanggar Mitos

10 Juli 2024   21:55 Diperbarui: 10 Juli 2024   22:18 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu di antara mereka adalah hantu. Foto: Tangkapan layar YouTube StarvisionPlus

Sepanjang film diputar, penonton dibuat emosinya naik turun. Sebentar tertawa, lalu terharu, dan tiba-tiba deg-degan melihat adegan horor. Sekawan Limo, film yang disutradari Bayu Skak berhasil menghipnotis penonton dari awal hingga akhir. Walau film bergenre horor, namun ada sentuhan romantisme, serta komedi yang kental, ciri khas film produksi Bayu Skak.

Film yang berlatar di Gunung Madyopuro menggunakan bahasa Jawa Timuran. Dialog-dialog khasnya mengalir, hingga mudah dipahami. Dimainkan Bayu (Bagas) berperan sebagai sutradara sekaligus penulis skenario bersama nona Ica. Ia menjadi salah satu karakter utama dalam film tersebut bersama Keisya Levronka (Dini) dan Nadya Arina (Lenni). Juga dimainkan oleh Benidictus Siregar (Juna), Dono Pradana (Deri), Indra Pramijito (Andrew), dan Firza Valaza (Dicky). 

Sekawan Limo dimulai dari perjalanan Bagas, Leni, Dicky, Juna, dan Andrew yang mendaki Gunung Madyopuro. Di mana mitosnya, saat mendaki, anggota harus genap. Selain itu tidak boleh menengok. Saat perjalanan mitos tersebut mereka langgar. Dari situlah, kisah mistis dimulai. Mereka mulai diganggu oleh hantu yang mengikuti mereka. 

Dari sekian perisitiwa perjalanan pendakian tersebut, mereka saling curiga. Bahwa salah satu di antara mereka adalah hantu. Sajian cerita film ini sempat membuat penonton bertanya-tanya, siapakah hantunya. Penonton baru tau siapa hantunya setelah menonton film di bagian akhir.

Setelah menonton Sekawan Limo ada beberapa hal yang dapat diambil maknanya. Bahwa saat mendaki gunung, harus menerapkan 'di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung'. Selain itu mitos tidak boleh menengok ke belakang merupakan analogi kehidupan tentang masa lalu. Jangan pernah lari dari kenyataan masa lalu, namun hadapi demi masa depan. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun