Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Memberi Pemerdekaan Anak Melalui Dialog Ruang Ketiga

4 Juni 2024   15:18 Diperbarui: 4 Juni 2024   16:19 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keseruan Dialog Ruang Ketiga, belajar di luar ruang kelas. Dok. UAW.

Hari ke hari tuntutan terhadap guru semakin tidak ringan. Guru tidak sekadar mengajar di kelas, menyelesaikan materi. Namun lebih dari itu, yaitu menyiapkan generasi untuk masa depan yang siap menghadapi perubahan yang dinamis. Menghadapi dunia dengan teknologi yang semakin pesat tak terbendung.

Perkembangan teknologi yang pesat bukan berarti menjadi penghambat bagi guru dalam menjalani proses Pendidikan. Namun menjadi sumber daya dukung dalam mendampingi peserta didik. Di mana teknologi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengakses informasi yang perkembangannya begitu pesat. Dalam hitungan detik perubahan terus terjadi dan berubah-ubah.

Pun demikian, ada kekhawatiran yang menghantui guru. Sebagai pendidik yang tidak sekadar mengajarkan ilmu pengetahuan namun pula membentuk peserta didik yang berkarakter. Ada kegamangan yang terpampang nyata saat ini. Terkikisnya jiwa sosial di tengah maraknya perkembangan teknologi. Peserta didik menjadi manusia apatis. Kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Menjauh dari yang dekat dan dekat dengan yang jauh.

Keprihatinan tersebut tidak bisa dibiarkan akut. Walau mungkin dengan teknologi memudahkan banyak hal. Tapi tentunya kita tidak boleh abai dengan kondisi sosial anak didik kita. Sering kita mendengar, anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa yang depresi, bahkan mengakhiri hidupnya karena tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Berkutat dengan dirinya sendidri dan teknologi yang ada di genggamannya.

Pendidikan tentunya memiliki peran penting mencegah terjadinya krisis sosial yang terjadi pada diri generasi muda. Utamanya para pendidik dan berkolaborasi dengan orang tua, serta berbagai pihak pemerhati Pendidikan. Mengingat Pendidikan, walau berat, menjadi penyokong besar terbentuknya karakter peserta didik.

Ancaman Teknologi

Menilik perkembangan teknologi saat ini, sebut saja salah satunya, Artificial Intellegence (AI). Bagaimana teknologi ini dirancang meniru kecerdasan manusia. Termasuk kemampuan pengambilan keputusan, logika, dan karakteristik kecerdasan lainnya. Bisa dibayangkan, jika peserta didik sudah banyak menggunakan AI, orang di sekelilingnya sudah tidak berfungsi. Mungkinkah guru tak akan diakui lagi keberadaannya?

Untuk itulah sebagai pendidik, guru sudah seharusnya merevolusi dirinya untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Selalu mengupdate dan mengupgrade kompetensi dan pengetahuannya. Supaya tidak tergeser oleh kecerdasan buatan yang semakin pesat kemajuannya.

Di dalam mendidik, guru tidak hanya menyajikan informasi, melainkan mengajarkan anak didik cara memilih, menilai, dan menyaring informasi yang relevan dan benar. Menyusun metode dan strategi belajar yang bisa meningkatkan kecerdasan dan daya kritis anak didik. Sehingga anak didik mampu menggunakan logikanya dan daya berpikir serta menggunakan hati untuk dapat berkomunikasi dan mengambil keputusannya sendiri.

Dialog Ruang Ketiga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun