Rejeki tersebut dalam bentuk kesehatan, keselamatan. Terkadang rejeki yang tak terduga yang kita dapatkan selama kita tekun beribadah. Pun jika ketekunan kita dalam beribadah belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan harus tetap dalam keyakinan bahwa rejeki itu masih tertunda dalam pengabulan doa.
Nah, sekarang tentu kita harus memilih dan memilah pola pikir kita. Apakah akan selalu berpikir THR selalu dalam bentuk materi atau tidak. Jika mau mendalami lebih jauh, ibadah kita akan digantikan THR yang sangat besar oleh Allah SWT dalam bentuk ketaqwaan seperti yang dijanjikanNya.
Pun rejeki yang berupa THR bentuk materi tetap harus disyukuri. Namun jangan sampai penantian setahun dihabiskan sebulan, bahkan sehari saja. Ada hak orang lain dalam setiap rejeki kita. Maka harus dibagikan kepada sesama agar mereka yang tak menerima THR ikut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan sebagai penerima THR.
THR yang sesungguhnya adalah rahmad Allah SWT yang tak ternilai harganya. Terpenting  adalah ibadah dulu baru THR itu akan diberikan kemudian. Tak selalu berbentuk nyata di dunia ini. Namun berdampak lebih baik pada hati dan jiwa setiap ummat muslim yang tekun beribadah selama bulan Ramadhan dan ditingkatkan saat bulan Syawal serta bulan-bulan berikutnya. Wallahu'alam bisawab.
-Ummi Azzura Wijana-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H