Mohon tunggu...
Ummi Azzura Wijana
Ummi Azzura Wijana Mohon Tunggu... Guru - Music freak

Sumiatun a.k.a Ummi Azzura Wijana, menulis di media cetak, antara lain: Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Sabana, Realita Pendidikan, Magelang Ekspres, Jaya Baya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Karas, dll. Buku antologi bersamanya: Inspirasi Nama Bayi Islami Terpopuler (2015), Puisi Penyair Lima kota (2015), Pelangi Cinta Negeri (2015), Di antara Perempuan (2015), Wajah Perempuan (2015), Puisi Menolak Korupsi 4 (2015), Puisi Menolak Korupsi 5 (2015), Jalan Remang Kesaksian (2015), Puisi Kampungan (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Pentas Puisi Tiga Kota dalam Parade Pentas Sastra I/2016 Yogya (2016), Wajah Ibu, Antologi Puisi 35 Penyair Perempuan (2016), Puisi Prolog dalam Buku Sang Penjathil (2016), Antologi Cerpen Gender Bukan Perempuan (2017), Kepada Hujan di Bulan Purnama (2018), dan Profil Seniman Cilacap (2019). Buku lain yang telah terbit: Buku Pintar Kecantikan Muslimah (2014), Flawes Makeup Bagi Pemula (2019), dan Bali Jawa (2020), Pendidikan dalam Refleksi Guru Penulis (2023), Dasar-dasar Kecantikan dan SPA Kelas X SMK (2023).

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lelaki Berwajah Purnama

2 Mei 2018   04:52 Diperbarui: 2 Mei 2018   06:53 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lelaki Berwajah Purnama. Sumber gambar: komunitaskretek.or.id

Pak, apakah kita sedang memandang langit yang sama. Di mana mega-mega senampak wajah purnama. Bermandi cahaya harapan dan cinta.

Tiba-tiba  aku merindukanmu, Pak. Diskusi tentang politik, dari kabar yang kau  baca dari lembaran koran. Bicara tentang pendidikan, dari berita layar  televisi yang mulai berwarna buram.

Aku juga rindu. Pertanyaan-pertanyaanmu dari radio lawas milikmu. Yang kau bawa saat siangi gulma di kebun belakang rumahmu.

Sekarang,  apa kabar ladang kita yang tinggal sepetak? Tak ada lagi wajahmu yang  berapi-api bercerita tentang panen jagung juga ketela. Padi menguning  milikmu yang tak seberapa.

Satu yang selalu kuingat. Kau selalu  tersenyum, apapun yang aku ceritakan. Semua jawaban yang aku berikan.  Dan mendebat puas dengan yang kau inginkan.

Pak, asap yang  mengepul, aroma sigaret, tembakau, juga klembak, serta cengkehmu,  memenuhi ruang ingatanku. Menggigilkan keriduanku padamu, lelaki  berwajah purnama.

-Ummi Azzura Wijana-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun