Belakangan ini, publik dihebohkan dengan perselingkuhan yang dilakukan seorang perempuan cantik, berjilbab (besar) dan sering memposting status relijius di media sosial, istri seorang Haji, dan seterusnya. Ada yang menobatkannya perempuan paling munafik. Entahlah, termunafik tingkat Indonesia apa dunia. Banyak hujatan dan cacian: kenapa berjilbab, dan jilbabnya besar, eehh... ternyata perilakunya bejat. Lah terus... perempuan muslimah yang tidak berbusana muslimah dan melakukan hal yang sama, dianggap wajar? Mendingan mana, berjilbab tapi selingkuh, tidak berjilbab tidak selingkuh?
Saya jadi teringat candaan teman-teman kalau sedang ngobrol di kantor.
"Mendingan tampangnya preman tapi hatinya ustad/dzah, daripada tampang ustadz tapi hatinya preman", seloroh teman saya ketika mengometari perilaku seseorang atau sekolmpok orang yang tidak sesuai dengan yang semestinya.
Ya, seiring dengan populernya pakaian muslimah dan banyaknya pemakai busana muslimah, banyak hal yang menarik perhatian. Beberapa waktu yang lalu terjadi kehebohan antara jilbab vs.jilboob: antara yang berpakaian menutupi dada dengan yang tidak.
Sekarang, muncul istilah jilbab syar'i. Istilah ini disematkan untuk model jilbab besar dan memanjang yang menutupi bagian dada dan punggung perempuan. Bagi pemakai jilbab syar'i, dia dianggap lebih islami dibandingkan yang memakai jilbab lebih kecil dan lebih pendek. Jadilah tafsir selanjutnya: pemakai jilbab syar'i lebih alim, lebih baik akhlaknya, lebih santun, lebih rajin ibadah, dan seterusnya.
Maka, ketika ada salah satu perempuan berjilbab syar'i kepergok selingkuh, reaksi publik jauh lebih heboh. Banyak caci maki dan hujatan yang mengarah padanya: munafik!!
Memang banyak orang yang tidak memahami bahwa kadang seseorang memakai busasan muslimah bukan semata-mata didasari ketaatan agamanya (motivasi instrinsik), melainkan karena kewajiban dari sekolah, tempat kuliah, atau dorongan dari orang tua dan komunitas sekitar.
Maka ada beberapa orang yang kemudin berkata: "Saya belum siap pakai jilbab, mau menjilbabi hati dulu."
"Saya masih kayak preman begini belum pantas berjilbab".
Jadi, pilih mana: "tampang preman tapi hati ustadzah" atau "tampang ustadzah tapi hati preman?"
Kalau saya ya pilihnya : "Pakai jilbab, tsyar'i pula, tampang keren, cantik, manis, langsing, sholekhah, rajin ibadah, rajin menabung, rajin ngaji, rajin memberi, dan seterusnya, Hehe.....