Mohon tunggu...
Sumiarti Haryanto
Sumiarti Haryanto Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik

suka humor, sentimentil, suka membaca apa saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pak Ahok, Mundur Sajalah...

4 November 2016   20:53 Diperbarui: 4 November 2016   21:20 1274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pak  Ahok..  Sudah lihat demo hari ini kan?  Bagaimana komentar Bapak?  Ngeri atau biasa saja?  Ada ribuan orang ya pak...  Mereka tuntutannya sama..  Pengin pak Ahok ditangkap dan dipenjara.  Nggak peduli dengan azas praduga tak bersalah... Yang jelas menurut mereka  pak Ahok sudah dipastikan bersalah sebagai penista agama... 

Keren kan mereka? Sungguh hebat mengorbankan waktu  tenaga, pikiran dan mungkin uang yang kabarnya lebih dari 100M untuk membela Al Qur'an.  Kadang saya bertanya juga...  Mereka begitu hebat dan semangat membela Al Qur'an dengan demo ribuan orang, tapi mereka membela Al Qur'an dengan cara membaca mempelajari dan mengkajinya secara sungguh-sungguh kah?  Atau malah mereka sekedar menyimpannya jadi barang keramat yang dipuja tanpa pernah memahami maknanya?  Entahlah..  Yang jelas mereka menamakan dirinya laskar pembela Al Qur' an.  Apakah yang tidak mengindahkan perintah dan aturan Al Qur'an termasuk menistakan agama ataukah bukan ya? 

Mereka juga bilang tidak ada unsur politik yang menunggangi. Murni demi kehormatan agama. Tapi aksi atau demo itu memerintahkan untuk menangkap pak Ahok.  Bahkan pak presiden juga diminta untuk mengawasi detik per detik agar secepatnya bapak diamtangkap dan dipenjara.  Luar biasa dosa pak Ahok karena membuat agama ternista dan wajib dibela sampai titik darah terakhir.  

Nggak ada unsur politik kan? Jadi kalau pak Ahok dipenjara artinya aman karena penista agama sudah dihukum setimpal. Nanti akan jadi yurisprudensi sehingga penjara akan banyak dipenuhi penista agama yang jumlahnya ribuan bahkan jutaan.

Yang berdemo atau aksi damai... Otomatis merasa lega dan mendapatkan gelar pahlawan karena sudah berhasil menggugurkan satu calon gubernur yang punya potensi menang.. Meskipun yang namanya nyalon ya cuma ada dua kemungkinan,  jadi atau tidak jadi. Kabarnya..  Demonya tidak akan berhenti sampai pak Ahok dipenjara..  Atau lebih ngeri lagi,  sampai mati.  

Kalau pak Ahok cuma mikir diri sendiri dan keluarga  lebih baik pak Ahok mundur saja pak. Kenapa harus repot mikiri memberantas korupsi, banjir, macet, dan ratusan problem di DKI? Kan pak Ahok dianggap tidak layak karena agama dan etnis bapak yang jadi penghalangnya. Masalah mau dan bisa kerja itu bukan kriteria utama. Yang penting gubernur DKI itu sesuai dengan selera mereka' seiman,  santun,  ganteng dan tidak bermulut pedas dan galak.  

Udahlah pak..  Mundur saja.  Mending ngurusi anak istri sambil bisnis kayak dulu.  Teman seetnis dan seiman bapak kan punya banyak perusahaan yang memperkerjakan karyawan muslim..  Tapi mereka nggak mungkin berani mengancam bosnya kecuali kalau kepengin dapurnya tidak ngebul.  Mereka, para karyawan nggak pernah bicara tentang hubungan kualitas kerja dan produk dengan agama dan etnis pemiliknya ya.. 

Jadi...  Ambil resiko teraman untuk diri dan keluarga saja.  Daripada capek mikirin masyarakat yang nggak pernah menghargai kerja keras pak Ahok... Mending hidup aman mikiri diri sendiri.  Masalah bangsa dan Negara biarkan diurusi sama mayoritas aja.  Kan jumlahnya banyak dan pasti banyak yang mau bekerja keras dan punya komitmen tinggi unruk perbaikan hidup bangsa.  Walau sebenarnya tidak menjamin ya pak..  Pak Jokowi yang muslim dan suku Jawa juga tidak didukung oleh semua rakyat untuk konsentrasi bekerja demi bangsa dan Negara... 

Jadi gimana pak..  Mau mundur demi keluarga atau tetap maju demi bangsa dan Negara?  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun