Mohon tunggu...
Sumiarti Haryanto
Sumiarti Haryanto Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik

suka humor, sentimentil, suka membaca apa saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Syahrini, Standar Kecantikan dan Masalah Keturunan

18 Desember 2022   19:43 Diperbarui: 18 Desember 2022   19:51 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya terusik dengan beberapa berita tentang artis, salah satunya adalah berita tentang Syahrini, si Incess cetar membahana. Saya sebenarnya bukan penggemar Syahrini, tetapi berita di beberapa situs online tentang Syahrini yang tak kunjung hamil, gosip dia diusir oleh ayah mertua, gosip bahwa dia diceraikan dan seterusnya, membuat saya berempati kepadanya. Entah kenapa, sebagai sesama perempuan, saya merasa bahwa gosip dan pergunjingan negatif pastilah menyakiti hatinya. Sekuat-kuatnya mental seseorang, mungkin bisa juga baper atau terganggu kesehatan mentalnya. 

Saya sebenarnya sangat maklum, ketika seseorang 'laku dan seksi' sebagai berita, pastilah akan dikulik dan dicari celah masalah atau bahkan kontroversinya agar bisa mendapatkan perhatian sehingga dibaca atau ditonton oleh banyak viewers. Di zaman yang serba klik bait dan views yang identik dengan cuan, berita tentang Syahrini masih layak jual. Tapi yang menjadi perhatian saya adalah tentang beberapa pandangan masyarakat tentang perempuan dan perkawinan.

Pertama, membanding-bandingkan perempuan dari sisi fisiknya. Netizen yang maha benar dengan segala komentarnya seringkali menganggap bahwa kecantikan fisik merupakan standar terpenting dalam menilai seorang perempuan. Saya teringat ketika Syahrini dibandingkan dengan Luna Maya karena Syahrini dianggap merebut Reino dari Luna Maya. Komentar pedas dan melecehkan terhadap Syahrini sangat banyak dan membuat saya bertanya-tanya: apakah seseorang seperti Reino yang mungkin sudah terbiasa bertemu dan bergaul dengann perempuan cantik mulus seksi dan sebagainya tidak punya standar pribadi? Publik juga sudah paham, bahwa kecantikan fisik tidak selalu berbanding lurus dengan kecantikan hati. Ketika seseorang menikah dengan dasar fisik, maka harus bersiap-siap kecewa karena ketika sifat dan perilakunya tidak baik maka kecantikan fisik akan sangat tidak berarti. Kecantikan fisik memang penting, tetapi menjadi pribadi yang baik tentu saja lebih penting. Itulah kenapa kita melihat banyak pasangan yang secara kasat mata cantik-ganteng paripurna, tapi berpisah. 

Kedua, lamanya waktu pacaran memang bukan jaminan untuk memiliki kualitas hubungan yang baik. Bahkan ada banyak contoh, pasangan dengan masa pacaran yang bertahun-tahun, akhirnya bercerai ketika menikah. Banyak pula, seseorang menemukan jodoh dalam waktu singkat. Masalah jodoh dan kecocokan memang masalah hati yang berbicara dan kemudian yakin saja. 

Ketiga, masalah anak. Salah satu tujuan menikah adalah meneruskan keturunan. Tetapi tidak setiap pasangan memiliki keberuntungan dalam urusan anak. Ada pasanngan yang dikaruniai anak dalam waktu yang cepat, ada yang lambat.Ada pasangan yang diberi rejeki cepat hamil dan memiliki banyak anak. Ada yang punya anak banyak berjenis kelamin perempuan semua atau lelaki semua, ada yang lengkap lelaki dan perempuan. Namun ada juga pasangan yang harus berusaha lebih keras, melakukan berbagai ikhtiar medis, alternatif dan spiritual untuk mendapatkan keturunan: ada yang beberapa tahun, atau bahkan puluhan tahun. Saya memiliki teman yang baru memiliki anak di usia perkawinan ke 18 dan 22 tahun. Saya memahami bagaimana perasaan pasangan yang berjuang keras untuk memiliki keturunan, bahkan beberapa nyaris atau bahkan sudah menyerah dan akhirnya pasrah. Ada yang kemudian berpisah dan akhirnya memiliki anak dengan pasangan baru mereka. Masalah keturunan memang hak prerogatif Tuhan.

Jadi, memang perlu hati yang bersih untuk menilai dan memberikan komentar terhadap banyak peristiwa di sekeliling kita. Prinsip yang harus kita pegangi: Kalau kita tidak bisa membantu orang lain, minimal kita tidak menyakiti hati mereka.

Purwokerto, 18 Desember 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun