Mohon tunggu...
Sumiarti Haryanto
Sumiarti Haryanto Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik

suka humor, sentimentil, suka membaca apa saja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

(Humor) Malaikat dan Nama Manusia

3 Oktober 2015   22:32 Diperbarui: 3 Oktober 2015   22:43 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ada seorang ahli berkisah hari ini...

Besok di akhirat... ketika manusia dikumpulkan dan akan diadili sesuai dengan amal perbuatannya.
Malaikat mengumpulkan mereka sesuai dengan suku bangsanya. Karena ini hal yang cukup membantu dan mempercepat pekerjaan: masing-masing suku bangsa memiliki ciri unik dan khas, baik ciri fisiknya maupun non fisiknya. Kalau ciri fisik mudah dikenali: orang Eropa berkulit putih alias bule, orang Affrika berkulit hitam, orang Asia ada yang berkit kuning, ada yang berkulit sawo matang dan seterusnya. Biasanya masing-masing kelompok memiliki budaya masing-masing: nilai, perilaku, pengetahuan, adat istiadat, bahasa, dan lain-lain yang bersifat khas. Salah satu produk budaya dalah nama diri yang dimiliki manusia dan besifat khas sesuai dengan suku bangsanya. Misalnya, nama Sumiarti, Suparti, Sugiarti, Kartono, Marno adalah nama khas Jawa Indonesia. Poltak, Harahap, Hotman, Hotma dan lain-lain khas Medan Indonesia, dan sebagainya.
Nah berkaitan dengan proses pengadilan manusia di padang makhsyar….. Supaya proses berjalan cepat, maka Malaikat kemudian memanggil nama-nama manusia dan kemudian dikelompokkan menurut suku bangsanya. Asumsinya, nama-nama tersebut sesuai dengan cirri fisik dan budaya masing-masing. Ada nama berciri khas Eropa, Afrika, Asia, Arab dan sebagainya.
"Wah ini akan lebih mudah dan cepat!" batin malaikat.
Maka dipanggilllah nama manusia dan diminta berkumpul sesuai dengan suku bangsanya.
“Julia Roberts!”
“Miley Cyrus”
"Christiano Ronaldo!"
"Lionel Messi !"
"Ahmad" "
“Abdullah"
"Lupita Nyong'o!"
“Sukarno! Supardi ! Suryono! Sumiarti ! Suprapti!”
Awalnya, semua berjalan lancar.. semua berkumpul sesuai dengan suku bangsanya.
Tiba-tiba ada kegaduhan dan malaikat sedikit bingung ! Ada banyak orang yang dipanggil namanya tidak sesuai dengan kriteria: nama dan fisik sesuai dengan suku bangsanya.
"Lho, siapa kamu? Kalau melihat fisikmu, bukannya kamu orang Indonesia? kenapa namamu seperti nama orang Arab?"hardik malaikat.
"Benar malaikat... saya Abdullah bin Amir, saya dari Indonesia"
"Haduhh... kamu itu membuat kacau.. kamu kan punya ciri khas nama sesuai suku bangsamu. Kenapa pakai nama yang beda? mestinya nama harus sesuai dengan suku bangsa, budaya dan bahasamu saja. Kalau seperti ini kan jadi rumit dan mempersulit pekerjaan saya!
Bener juga ya...Orang-orang Indonesia, atau di tempat saya di Banyumas, orang sudah jamak menggunakan bahasa dan menamai anak-anak mereka dengan nama-nama non Banyumas. Misalnya, saya punya tetangga bernama Vanesha, Naomi, Nikita, dan sebagainya.

Hal memprihatinkan lain adalah penggunaan bahasa Banyumasan , adat tradisi, dan ciri khas budaya Banyumas yang semakin minim. Orang Banyumas kebanyakan malu dan merasa rendah diri, terutama dengan bahasanya yang dikenal ngapak-ngapak. Haduuh, rasanya malu campur minder! Sudah kadung ada citra negative dengang bahasa ngapak. Kalau kita berbicara dengan bahasa Banyumas .. ehh, banyak orang tertawa geli dan kadang dianggap sedang melucu atau melawak!!

Bahkan ada seorang teman yang berkata:”Kalau aku lihat orang cantik dan seksi, pasti seneng kan? Tapi kalau tiba-tiba dia berbicara dan….. ngapak!! Wow, langsung hilang semua kekagumanku!” Wah waahhh… pelecehan bener ini !!

Secara Nasional, orang-orang Indonesia juga sudah mencampur baurkan budaya Indonesia dengan budaya lain: bahasa, gaya berpakaian, dll. Misalnya fenomena orang Indonesia menggunakan bahasaArab dalam beberapa percakapan sehari-hari. Misalnya, mengatakan saya diganti dengan ana, kamu diganti dengan antum atau ente, memanggil bapak ibunya dengan panggilan abi dan umi.

Wah, kata teman saya, gara-gara panggilan anak-anak memanggil UMI, nggak ada lagi Air Susu Ibu (ASI), yang ada AIR SUSU UMI (ASU).
Heheee.... Serius cuma bercanda!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun