(sumber gambar : infobanyuwangi.com)
Dikisahkan, pada zaman dahulu terdapat sebuah kerajaan di ujung Timur pulau Jawa yang bernama Kerajaan Sindureja. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang disebut Raja Sulakrama. Dalam menjalankan pemerintahannya, Raja Sulakrama memiliki tangan kananyakni seorang Patih yang bernama Sidapeksa.
Pada suatu saat, Raja Sulakrama menderita sakit. Seluruh tabib kerajaan dikerahkan untuk mengobati Sang Raja akan tetapi tidak ada satupun yang berhasil. Satu-satunya cara untuk mengobati Sang Raja adalah dengan memberikannya ramuan obat yang hanya bias dibuat oleh seorang yang disebut sebagai Begawan Tambapetra. Akan tetapi tidak ada yang mengetahui dimana Begawan Tambapetra tinggal saat itu karena dia telah lama menghilang. Kabar yang tersisa jika Begawan Tambapetra tinggal di kawasan Parangalas.
Patih Sidapeksa tidak tinggal diam melihat Sang Raja yang tidak kunjung sembuh dari sakitnya. Bergegas dia berangkat menuju Parangalas untuk mencari Begawan Tambapetra. Dalam pencariannya di Parangalas Patih Sidapeksa bertemu dengan seorang gadis yang baik dan begitu rupawan sehingga membuat Sang Patih jatuh hati. Lupa menanyakan namanya, lantas Sang Patih diam-diam mengikuti gadis tersebut hingga tiba di suatu rumah. Dengan keinginan kuat, Patih Sidapeksa menghampiri rumah tersebut namun muncullah seorang kakek tua yang mencegah Patih Sidapeksa dan menanyakan maksud kedatangannya. Patih Sidapeksa memperkenalkan diri dan menjelaskan bahwa dia adalah utusan kerajaan yang sedang mencari seorang yang bernama Begawan Tambapetra. Pucuk dicinta ulam pun tiba, ternyata kakek tua tersebut adalah Begawan Tambapetra seorang yang dia cari. Begawan Tambapetra juga memperkenalkan Patih Sidapeksa dengan putrid semata wayangnya yang bernama Sritanjung. Tidak terduga, ternyata gadis yang dia ikuti tersebut adalah anak dari Begawan Tambapetra.
Dengan membawa obat ramuan dari Begawan Tambapetra, Patih Sidapeksa bergegas kembali menuju Kerajaan Sindureja untuk mengobati Sang Raja. Setelah Raja Sulakrama sembuh, Patih Sidapeksa kembali ke Parangalas dengan maksud meminang Sritanjung. Dengan restu dari Begawan Tambapetra, Sidapeksa dan Sritanjung akhirnya menikah. Setelah beberapa lama, Sidapeksa memutuskan untuk membawa Sritanjung untuk ikut tinggal di Kerajaan Sindureja menempati sebuah rumah sederhana disana.
Kabar tentang pernikahan Sang Patih dengan wanita yang cantik rupawan terdengar oleh Raja Sulakrama. Untuk menghilangkan rasa penasarannya, Raja Sulakrama mengundang Patih Sidapeksa dan istrinya untuk berkunjung keistana. Patih Sidapeksa pun memenuhi undangan Sang Raja dengan membawa Sritanjung menghadap Sang Raja. Melihat kecantikan Sritanjung Raja Sulakrama menjadi takjub dan muncul hasrat untuk merebut Sritanjung dari satu-satunya Patih kepercayaannya tersebut. Raja Sulakrama menawarkan kepada mereka untuk tinggal di istana dan Sang Patih dengan senang hati menerimanya.
Guna melancarkan niatnya untuk mendapatkan Sritanjung, Raja Sulakrama menyusun sebuah rencana untuk menyingkirkan Patih Sidapeksa selama-lamanya. Raja Sulakrama mengutus Patih Sidapeksa untuk menjalankan sebuah misi yang tidak bias diselesaikan olehmanusia biasa dengan tujuan agar Sang Patih tidak pernah kembali lagi. Patih Sidapeksa yang memiliki jiwa kesatria dan dengan penuh pengabdian kepada Sang Raja menyanggupi titah tersebut. Sebelum berangkat menjalankan misinya, Sidapeksa berpesan kepada Sritanjung untuk menjaga kesetiaannya dan tetap menunggu hingga Sang Patih kembali nanti.
Ketika Sidapeksa pergi menjalankan misinya, Raja Sulakrama tidak tinggal diam. Sang Raja mengambil kesempatan tersebut untuk menggoda Sritanjung. Raja Sulakrama menawarkan Sritanjung untuk menjadi Permaisurinya dan menjanjikannya dengan kekayaan yang berlimpah. Raja Sulakrama juga memberitahu Sritanjung jika suaminya, Patih Sidapeksa tidak akan pernah kembali karena misi yang diembannya tidak mungkin diselesaikan oleh manusia biasa. Akan tetapi, dengan penuh kesetiaan Sritanjung menolak semua tawaran Sang Raja dan tetap menunggu Sidapeksa kembali. Kecewa dengan penolakan Sritanjung, Raja Sulakrama memerintahkan untuk mengusir Sritanjung dari istana.
Setelahsekian lama, Sidapeksa akhirnya kembali ke Kerajaan dan langsung menuju istana setelah menyelesaikan misinya. Raja sangat terkejut dengan kedatangan Sidapeksa danmenyadari bahwa sebenarnya Sidapeksa bukanlah manusia biasa. Raja yang tidak menghendaki Patih Sidapeksa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi ketika dia pergi, mengambil jalan dengan memfitnah Sritanjung. Raja menceritakan bahwa Sritanjung mencoba untuk menggoda Raja Sulakrama ketika Sidapeksa pergi. Diceritakannya jika Sritanjung ingin menjadi seorang permaisuri bukan hanya menjadi istri seorangPatih. Dengan alasan tersebut, Raja Sulakrama mengusir Sritanjung dari istana.
Mendengar hal tersebut Sidapeksa menjadi murka. Dengan membawa sebuah keris, Sidapeksa pergi untuk menemui Sritanjung menuju rumah yang dulu mereka tinggalis ebelum pindah keistana. Ternyata benar Sritanjung ada disana. Sritanjung terkejut dengan kedatangan suaminya yang sedang membawa keris ditangannya. Tanpa berkata, Sidapeksa menyeret Sritanjung menuju sebuah sungai dengan niat untuk membunuhnya. Sambil menghunuskan kerisnya, Sidapeksa menanyakan tentang kesetiaan Sritanjung kepadanya. Sritanjung pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Akan tetapi amarah yang terlanjur menyelimuti Sidapeksa membuat semua penjelasan Sritanjung sia-sia. Sritanjung akhirnya berpesan kepada suaminya, jika nanti setelah membunuhnya lalu Sidapeksa mencium aroma harum dari air sungai yang telah bercampur dengan darah Sritanjung maka itu berarti istrinya mengatakan yang sebenarnya dan selalu setia kepada Sidapeksa akan tetapi jika tercium bau tidak sedap itu berarti apa yang dikatakan oleh Sang Raja adalah benar.
Dengan penuh amarah Sidapeksa akhirnya membunuh istri yang sangat dicintainya dengan keris yang ada ditangannya. Ketika membersihkan kerisnya di pinggir sungai, Sidapeksa mencium aroma harum yang berasal dari air sungai yang bercampur dengan darah istrinya. Sidapeksa tersungkur menyesal ketika teringat dengan pesan terakhir dari Sritanjung sebelum membunuhnya. Sidapeksa berteriak “Banyuwangi”. . . “Banyuwangi”. . .“Banyuwangi”. . . yang artinya air yang mengeluarkan aroma harum.