Mohon tunggu...
Sumbadi Sastra Alam
Sumbadi Sastra Alam Mohon Tunggu... -

santri manula di pondok pesaantren Al-Ishlah Bobos Dukupuntang. Pengurus Lembaga Bahasa lan sastra Cirebon (LBSC) dan Lembaga Kebudayaan Cirebon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cirebon Kota Budaya Atau Kota Buaya ?

27 Juli 2012   06:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:34 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Cirebon Kota Budaya Atau Kota Buaya ? oleh : Sumbadi Sastra Alam SAAT ini dapat kita saksikan bersama bahwa pembangunan Kota maupun Kabupaten Cirebon ternyata telah terlepas dari akar budaya daerahnya sendiri. Kesemrawutan jalan raya menjadi pemandangan sehari-hari. Ironisnya lagi – Cirebon yang pernah berpredikat sebagai kota Adipura Kencana - kini nampak kumuh. Billbord iklan rokok dengan ukuran sangat besar yang terpancang kokoh di sepanjang jalan utama kota, telah makin membuat kota semakin terlihat ruwet dan sumpek. Sebagai kota yang konon ditetapkan melalui Perda dan Rentra memiliki fungsi sebagai kota budaya pariwisata, sama sekali tidak terlihat. Bahkan sejumlah Bangunan Cagar Budaya (BCB) – satu demi satu terkubur oleh gemerlapnya bangunan-bangunan mall, klab malam dan gedung-gedung berarsitektur kekinian. Kesenian daerah dan para senimannya dibiarkan tumbuh dan hidup terkulai dan nyaris tak pernah tersapa manis oleh para penguasa setempat. Kalau pun ada sentuhan bantuan dari tangan-tangan pemkot, angka rupiahnya sangat mengenaskan. Melempemnya kepedulian penguasa Pemkot Cirebon terhadap pembangunan senibudaya , merupakan wujud nyata ketidakmengertian penguasa saat ini terhadap roh kebudayaan daerah sendiri.Agaknya para penguasa kota Cirebon lebih enjoy bermain dalam rongga retorika alias omong doang. Ini realitas yang tak terbantahkan. Buktinya, contoh kecil Anggaran Disbudpar Kota Cirebon tercatat dalam APBD dari tahun ke tahun nilainya memprihatinkan. Pemkota Cirebon tak punya andil besar dalam setiap geliat berbagai kesenian di daerahnya.Sementara Pemkota ternyata bisa membeli sejumlah mobil baru yang bernilai ratusan juta untuk pejabat legislative maupun eksekutif. Padahal berbicara soal kesenian daerah Cirebon – yang tak terhitung jumlahnya – akan sangatlah menarik, baik ditinjau dari sudut pandang budaya maupun sudut pandang kepariwisataan. Dari segi kepariwisataan, senibudaya Cirebon dapat dipastikan layak jual. Topeng dan batik Cirebonan sudah Go Internasional. Sangat besar andil kesenian Cirebon dalam menebar harum di mancanegara. Kraton Kasepuhan secara rutin dikunjungi rombongan wisatawan mancanegara dari berbagai negara Eropa, tentu saja para wisatawan ini tanpa atau sepengetahuan penguasa setempat telah menebar nilai devisa. Para wisatawan dari berabagai negara Eropa yang dating ke Keraton kasepuhan secara rutin ini tertarik untuk menyaksikan gelar kesenian daerah Cirebon dan benda cagar budaya dan benda peninggalan sejarah yang ada di keraton Kasepuhan. Dari sudut pandang budaya daerah, beragam jenis kesenian Cirebon bukan semata sebagai alat ekspresi pribadi – tapi perannya punya nilai tambah lantaran kesenian Cirebon sesungguhnya ditempatkan bukan sekedar sebagai tontonan tapi juga sebagai tuntutan yang sarat dengan roh keagamaan. Karena memang budaya yang telah diwariskan oleh leluhur Cirebon kepada Cirebon adalah budaya yang bernafas relegius. Misalnya; 1. Kesenian Tari Topeng; roh keagamaanya tersirat dalam simbol yang terekspresikan pada jenis tarian Topeng Panji dan Tarian Topeng Rahwana. a. Dalam tarian topeng Panji kita bisa saksikan gerakan-gerakan tari yang minimalis dan penuh kehati-hatian namun musik/gamelan pengiringnya terdengar hingar bingar, sedang kedok yang dikenakan berwarna putih bersih dengan guratan wajah berseri-seri .Roh religius yang terekspresikan dalam tarian ini tersirat pesan bahwa manusia yang selalu melangkah penuh kehati-hatian, kokoh dalam keimanan dan tidak menampilkan wajah kemunafikan serta tidak tergiur oleh gegap gempitanya godaan hidup duniawi, akan meraih pencapaian tingkah kehidupan yang bahagia dunia akherat dengan simbol wajahnya terlihat bersih dan selalu berseri-seri. Manusia seperti ini mendapat tempat mulia di mata Allah SWT, seperti digambarkan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an :” Adapun orang-orang yang menjadi putih berseri-seri wajahnya, mereka berada dalam rahmat Allah, mereka kekal di dalam sorga”. b. Sedangkan dalam tarian Rahwana kita bisa saksikan gerakan tari yang ekspresif menggerakkan selendang sabet sana - sabet sini, gerak tangan yang rawud kanan - rawud kiri, langkah kakinya injek ke bawah - ndongkel ke atas serta tendang ke depan - sepak ke belakang. Kepalanya dengak ke atas sambil membusungkan dada. Kedok yang dipakai berwajah bengis menyeramkan serta berwarna merah kehitam-hitaman. Pesan yang disampaikan dalam tarian ini bahwa sikap manusia yang serakah, angkuh dan sombong harus ditakuti dan dijauhi. Sesuai dengan larangan Allah SWT dalam Firman Nya;”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan akan sampai setinggi gunung”(QS. Al Isra’ :37). “Dan Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan jangnalah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan angkuh”(QS Lukman :18). 2. Seni Rupa Cirebonan; berupa batik cerbonan,lukisan kaca ,gerabah, ukir kayu dan relief – ciri khasnya selalu ada motif megamendungan dan wadasan. Dan ternyata memang dalam motif megamendungan dan wadasan inilah tersirat pesan religius. Megamendungan dan wadasan adalah bahasa lain dari langit dan bumi seisinya ; yang adalah simbol kehidupan dan penghidupan yang diciptakan Allah SWT– diperuntukkan untuk umat manusia. Sebagaimana yang tersurat dalam kitab suci Al Qur,an :” Allah lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan hujan dari langit, kemudian DIA mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rejeki untukmu……”(QS. Ibrahim :32) 3. Kesenian Genjring dog-dog maupun genjring acrobat sangat menarik sebagai tontonan yang atraktif dan penuh irama energik. Dalam berbagai atraksinya, genjring ini selalu melantunkan tembang yang berlirik puji-pujian dan sholawatan untuk Nabi, tak pernah henti. Pesan religiusnya adalah mengajak orang untuk terbiasa mengumandangkan sholawat kepada Nabi, karena memang bersholawat kepada Nabi adalah perintah ALLAH SWT, sebagaimana dalam Firman Nya :” Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”(QS. Al Ahzab :56). 4. Kesenian tarling – merupakan kesenian daerah Cirebon yang termuda kelahirannya dibanding kesenian-kesenian daerah lainnya. Tokoh tarling yang monumental adalah Drs.H. Abdul Adjib. Di era 70 an, tarling Putra Sangkala pimpinan H. Abdul Adjib ini sangat konsisten dengan roh budaya Cirebonnya. Dalam tembang-tembang yang diciptakannya selalu dengan lirik yang punya pesan religius. Misalnya ; a. Lagu Perawan Sunti ada lirik yang berbunyi ; ”gedongana kuncenana, wong mati mangsa wurunga”. Maknanya sangat dalam karena menyampaikan peringatan Allah SWT tentang kematian dengan bahasa sastra masyarakat. Allah SWt memberi peringatan kepada kita bahwa ;” Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapat kan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh……………….”(QS. An Nissa :78) b. Lagu Kota Cirebon ada lirik yang berbunyi; “ agama Islam wajib den anuti “ Sesuai dengan perintah Allah SWT : “ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke daam Islam keseluruhanya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan (QS. Al Baqoroh : 208) ” Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam (QS. Al Baqoroh : 132) “Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanyalah Islam (QS.Al-Imran :3 ) *** Menyikapi kondisi seperti ini, saya berpendapat, wajib hukumnya bagi kita untuk melakukan gugatan budaya tanpa unjuk rasa ala mahasiswa. Artinya kita tetap berkarya membangun, mengembangkan dan melestarikan senibudaya daerah, sambil terus mengejar lebih keras lagi hak kita untuk mendapat penghidupan nafkah keluarga yang layak. Ini sebagai wujud ketaatan dan wujud ibadah kita terhadap Allah SWT. Karena kita sebagai umat manusia diciptakan oleh Allah SWT semata hanya untuk beribadah kepada Nya, tidak mengabdi untuk seni dan tidak pula untuk menjilat dan mencari muka kepada para penguasa. ALLH SWT dalam kitab Suci Al-Qur’an Surat Adz Dzariyat 56, Allah ber Firman : ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka beribadah kepada KU Berkesenian yang benar adalah berdakwah dan mencari nafkah untuk menghidupi dapur keluarga, ini adalah ibadah. “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”(QS.Al-Imron 104). “…Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf….”(Al-Baqoroh :233) Sabda Rasulullah SAW; ”Satu dinar yang engkau infakkan di jalan Allah (untuk berjihad), satu dinar yang engkau infakkan untuk memerdekakan budak, satu dinar yang sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu, yang paling besar pahalanya iaalah engkau nafkahkan untuk keluargamu,”(HR.Muslim dari Hadits Abu Hurairah)” Membangun senibudaya daerah Cirebon selayaknya diusung secara bersama antar para seniman itu sendiri dan sebagai perekat kebersamaan adalah Dinas terkait yang mengurusi soal Kebudayaan baik kota maupun bupaten Cirebon. Para seniman Cirebon bukan waktunya lagi bertikai kata dan bertikai pemikiran. Allah SWT mengingatkan ;“Dan janganlah kamu menyerupai orang –orang yang bercerai berai dan berselisih. Mereka itu adalah orang-orang yang mendapat siksa berat’.(QS. Al-Imron :105). Seniman dan budayawan yang cerdas dan tidak cerdas meski merapatkan barisan untuk mendirikan bangunan niat berkesenian untuk ibadah dan bersama-sama menyentuh para penguasa dengan aksi budaya Jajaran Dinas Kebudayaan di Cirebon juga semestinya memberikan ruang kreatif, ruang kesejahteraan dan ruang ibadah bagi para seniman/budayawan Cirebon secara nyata, tanpa bualan, tanpa racun kata-kata dan tanpa acungan golok jagal. Jangan biarkan Cirebon yang telah nyata sebagai kota budaya berubah menjadi kota buaya darat yang para penguasanya siap menerkam dana anggaran untuk pembangunan kesejahteraan rakyatnya @

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun