Mohon tunggu...
Masno Tuki
Masno Tuki Mohon Tunggu... -

Tinggal di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik itu Netral

7 Mei 2011   05:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:59 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melihat beberapa info profile teman-teman di facebook, khususnya pada bagian informasi politik terdapat bermacam-macam penggambaran tentang bagaimana politik itu bagi mereka. Aneh-naeh, lucu-lucu. Mungkin salah kaprah, atau mungkin juga sungguh benar. Ada yang menulis "politik itu kotor" (ini yang paling banyak), "politik nggak penting", " politik, auk ah", "politik, yang penting rakyat kenyang", "politik itu tahi kucing", "politik haram hukumnya", dan sebagainya dan sebagainya dan sebagainya...

Pendapat teman-teman di facebook itu saya yakin tidak salah, dan benar dalam arti benar menurut interpretasi masing-masing individu. Dan akan salah jika pendapat satu individu dipaksakan dengan pendapat individu lainnya, jika tanpa konteks. Nah, dalam hal ini, saya akan membawa konteks kata politik dalam ranah epistemologi kata dulu. Etimologi ataupun asal-usul kata. Ini penting sebelum  makna kata itu dikhhianati dengan seenak perut secara serampangan.

Istilah politik berasal dari kataPolisyang artinya Negara Kota. Dari kata polis tersebut kemudian dihasilkan turunan kata-kata seperti:Politeiayang artinya segala hal ihwal mengenai Negara. Kemudian ada lagiPolitesyang artinya warga Negara,Politiciaartinya pemerintahan Negara. Semua istilah kata-kata tersebut berasal dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris, kata politik ditulis politics. Inilah pandangan umum tentang definisi politik,yang secara istilah politik dapat dimaknai sebagai suatu proses yang dilakukan oleh kumpulan individu untuk membuat keputusan atau berbagai relasi sosial yang di dalamnya terdapat wewenang dan kekuasaan.

Jadi, gampangnya politik itu hanyalah cara atau metode dalam berproses mancapai tujuan bersama. Dan bila kemudian sebagian dari kita memaknai kata politik itu ke dalam pengertian yang negatiif, kotor, penuh tipu daya, sebenarnya dengan anggapan seperti itu tidak tapat juga. Karena politik itu netral, politik itu alat (walaupun ada juga alat yang tidak baik) yang digunakan oleh pelaku politik tentunya.  Politik itu seperti alat musik, misalnya  gitar. Mengenai bagaimana bentuknya? suara atau melodi yang dihasilkan? harmonis atau sumbang? merusak telinga atau merdu? itu semua bergantung pada kemampuan musisi memilih gitar jenis apa yang sesuai dengan musik yang akan dimainkan, juga bergantung pada kelihaian sang musisi dalam memainkan gitar yang dipilihnya sehingga terciptalah lagu yang indah.

Politik itu input, jika outputnya tidak baik maka diperiksa dulu apakah sudah benar proses menghasilkan output itu dari inputnya. Dari sini, saya bisa mengatakan bahwa politik itu netral, akan menjadi baik atau buruk tergantung pelakunya, manusianya. Tapi kondisi di sekitar kita saat ini, rupanya politik itu jelas sekali seperti gitar tua yang sudah patahnecknya, senar/ dawainya pun sudah berkarat, musisi/pemain gitarnya tidak paham pula bagaimana memainkan gitar. Dengan kondisi seperti itu, bagaimana bisa menghasilkan lagu yang merdu nan megah?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun