Mohon tunggu...
Masno Tuki
Masno Tuki Mohon Tunggu... -

Tinggal di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Refleksi Anak-Anak

22 Juli 2011   17:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:28 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13113541481079527773

Lihat saja wajah-wajah anak Indonesia sekarang... Maksudnya?--nuansa terbebani dan kondisi psikologis yang khas anak-anak telah direbut kekanak-kanakan orang dewasa--dunia imajiner anak-anak yang polos, lugu, murni dan asli sudah tergantikan dengan mimpi-mimpi pragmatik naif. Sejak dini, anak-anak sudah dilabeli calon ini calon itu. Dihakimi dengan tidak boleh ini, harus begitu, secara berlebihan. Bukan memfasilitasi imajinasi anak sebagai hakikat pertumbuhan yang alamiah. Bukankah imajinasi itu murni dari anugerah Sang Pencipta?

Sewajarnya dan seharusnya, orang tua dan para pendidik memang bertanggung jawab terhadap proses pencarian jatidiri anak manusia. Akan tetapi, terlalu jauh dan berlebihan, jika peran-peran alamiah, peranan hukum alam dan hukum pencipta seenaknya diambil alih oleh sekedar kemauan dan keegoisan para orang tua dan para orang yang lebih dewasa. Saya sendiri, yang berproses sedemikian rupa secara individu dan sosial, sehingga tidak luput dari hegemoni arus berpikir pragmatik naif itu. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa saya selamat dari beban berat yang ditaruh di atas pundak saya oleh pendahulu saya, tapi juga tidak menganggap ini sepenuhnya usaha dan kemampuan saya untuk menerobos pintu besi kemapanan orang dewasa. Saya menjadi anak-anak dan menjadi dewasa pun bergantung pada proses dinamika yang belum usai. Intinya, semua butuh tempo dan kesabaran dalam berproses. Dan ini hanya sekedar refleksi temporal saya terhadap cara berpikir orang dewasa dalam hal peranan mendidik anak. Mungkin suatu waktu saya mampu dan berhasil berdamai dengan keadaan. Dan kini, kedamaian dari proses refleksi itu belum juga muncul di permukaan. Masih jauh panggang dari pada api, bahkan berpikir dengan setengah sehatpun masih saja dihalang-halangi oleh pemasalahan nafsu, badan, dan juga permasalahan perut. Yogya, 25 Desember 2010.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun