Lahir di Surabaya tapi dibesarkan di sebuah Kabupaten kecil di Kalimantan Selatan tentu memberi kenangan tersendiri. Terutama kenangan tentang perbandingan terbalik fasilitas umum dan layanan kesehatan.
Apalagi saya dan Ibu saat pertama pindah ke sana pada akhir periode tahun 80’an harus melanjutkan pengobatan rutin TB. Di Surabaya semua serba mudah, mau ke RSUD Dr Soetomo tinggal pergi. Banyak angkutan yang bertebaran. Sampai Rumah Sakit, semua dokter siap sedia di poli masing-masing. Semua serbag mudah, tersedia.
Begitu pindah ke Kalimantan, semua terasa sangat berbeda. Mulai harus jalan kaki antara 30-60 menit ke RSUD atau ke Puskesmas. Dan sudah jauh-jauh datang, di Puskesmas dokternya kadang tidak ada karena harus tugas bergilir ke pusat kesehatan lain. Terkadang satu minggu hanya ada satu kali di Puskesmas. Pun dokter gigi juga serupa. Saya ingat pernah sudah sampai Puskesmas harus pulang lagi, karena di Poli tidak ada dokter atau perawat.
Itu kejadian pada tahun akhir 80’an hingga pertengahan dekade 90. Bagaimana saat ini? Sekarang sudah berkembang dan tidak ada lagi kejadian serupa.  RSUD sudah lengkap fasilitas dan tenaga medisnya.
Tapi bagaimana dengan daerah lain di pelosok Nusantara? Ternyata masih banyak kondisi serupa dengan yang saya alami pada saat baru pertama menginjakan kaki ke Kalimantan Selatan dulu. Di beberapa bagian daerah Indonesia masih banyak yang sampai sekarang, era sosmed, era serba cepat, era digital ternyata infrastruktur masih belum tumbuh. Dan mempengaruhi pelayanan kesehatan secara nyata. Salah satunya Kecamatan Long Pahangai di Kalimantan Timur.
Daerah yang untuk mencapainya dari pusat kota membutuhkan waktu hingga 20 jam lebih. Melalui medan yang mengerikan dan menantang. Karena itu di daerah seperti ini angka kematian Ibu melahirkan masih tinggi. Kasus-kasus penyakit menular masih tinggi. Karena tenaga medis juga masih sangat minim. Pengiriman obat-obatan membutuhkan waktu lama.
Menjadi PR besar pemerintah yang dalam program pembangunan jangka panjang merencanakan pemerataan pembangunan ke seluruh Nusantara. Untuk program pelayanan kesehatan sendiri melalui program Kementrian Kesehatan, meluncurkan Nusantara Sehat.
Apa sih Nusantara Sehat?
Pada 13 Oktober 2015 bertempat di Art Hotel kembali Kementrian Kesehatan mengundang Sahabat JKN untuk mensosialisasikan Program Nusantara Sehat. Menghadirkan narasumber dari Kemkes Ibu Diah Saminarsih atau dikenal dengan @adetje di ranah twitter. Beliau adalah Staff Khusus KemenKes Bidang Peningkatan Kemitraan & SDGs. Kang Maman Suherman, seorang penulis, panelis, dan pengamat sosial media. Moderatornya siapa lagi kalau bukan Sahabat para blogger, yang biasa disapa Eyang Anjari.
Jadi Nusantara Sehat adalah program yang bertujuan mencapai Indonesia Sehat, tidak hanya di pusat saja tapi menyasar seluruh Nusantara. Ketika pembangunan tidak lagi berpola dari tengah ke pinggir, tapi sebaliknya. Masih banyaknya daerah tertinggal dan ini benar benar mempengaruhi Indonesia secara keseluruhan. Sebagaimana yang dijelaskan Ibu Diah, Indonesia seperti tiga Negara bila dilihat dari pertumbuhannya. Negara tertinggal, berkembang dan maju. Masih sangat jomplang perbedaan pelosok Nusantara dengan daerah Pusat. Salah satu yang tertinggal Long Pahangai tadi.
Pelayanan kesehatan masih butuh banyak perhatian lebih intens. Kekuatan primer pelayanan kesehatan di daerah-daerah tertinggal memerlukan penguatan yang maksimal. Di sinilah Nusantara Sehat berperan. Mengajak para tenaga kesehatan muda yang baru lulus untuk terjun langsung ke daerah-daerah target 44 Kabupaten yang terdapat sekitar 120 Puskesmas di daerah tertinggal, di perbatasan dan daerah  kepulauan yang masih benar-benar belum banyak terjangkau.