Jadi jangan pernah berpikir orang tua adalah malaikat sempurna yang terus bisa berlaku sempurna karena tuntutan orang tua adalah guru bagi anak-anaknya. Bahkan kita pasti pernah mendengar anak broken home sukses dan anak pemuka agama terlibat kasus dan skandal negatif. Hal itu adalah contoh nyata kehidupan bahwa tidak ada yang sempurna. Tapi tetap ada jalan untuk menutupi ketidak sempurnaan tersebut.
Yang ada dan terbaik adalah semua saling belajar intropeksi diri untuk belajar menjadi yang terbaik menjadi orang tua. Ingat, teori itu mudah tapi penerapan di lapangan itu adalah realita yang kadang tidak bisa selalu sesuai dengan keinginan kita.
Percayalah, pada dasarnya semua orang tua itu memiliki perasaan yang sama yaitu ingin membahagiakan anaknya lahir batin. Baik itu kaya atau miskin kondisi si orang tua. Hanya setiap orang memiliki pemikiran berbeda dalam menerapkan dan mengungkapkan rasa sayang tersebut. Dan setiap anak juga memiliki karakter berbeda saat menerima bentuk kasih sayang tersebut.
Jadi berhenti beropini yang seolah menunjukan paling benar. Lebih baik buka mata, buka telinga bahwa kita ada dilingkungan ini, lingkungan dimana kita membesarkan anak ditengah gempuran godaan berbagai hal negatif yang bisa saja sekali waktu kita juga terpeleset. Saya adalah salah satu orang tua yang selalu syok dan prihatin setiap melihat hal buruk menimpa seorang anak. Karena kemudian hal tersebut akan membuat kesadaran bercampur kekwatiran menyergap saya pribadi yang mana itu mengingatkan saya "Suatu saat anak ku tumbuh dewasa dan berkembang di jaman dan lingkungan ini pula, bisakah aku menghindarkannya dari godaan negatif tersebut? Tanpa harus mengekang dan memprotek anak secara berlebihan dan anak merasa nyaman serta aku sebagai orang tua marasa aman?!"
Jadi mari saling belajar dari kasus ini untuk menjadi orang tua yang lebih baik dan menghasilkan anak yang berkwalitas dan berakhlak mulia tanpa harus berkoar "pendapat sayalah paling benar"
Soal masalah hukum biar diselesaikan oleh yang berwenang. Bila ternyata yang berwajib berlaku tidak adil, biar dipertanggung jawabkan diakhirat kelak. Begitu juga soal tanggung jawab ke pihak korban. Menilik sikap Dani yang keras dan cenderung arogan saya yakin dia tidak akan mempertaruhkan kredibilitasnya dengan tidak bertanggung jawab. Begitu juga dengan Maia, sebagai orang tua mereka berdua pasti akan bertanngung jawab penuh. Dan semoga keluarga korban bisa ihklas menerima. Karena kehilangan orang yang dicintai dengan jalan tragis seperti ini tentu pukulan hebat bagi semua keluarga yang ditinggalkan.
Â
Â
Â
Tulisan ini hadir dari keresahan seorang ibu yang memiliki putri kecil yang masih memmiliki perjalanan panjang dalam kehidupannya dan tidak tahu halangan serta godaan apa saja yang akan menanti di depan nanti. Yang dilakukan hanyalah berusaha semaksimal mungkin melakukan semua yang terbaik yang bisa dilakukan sebagai orang tua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H