Mohon tunggu...
marno abu kayis
marno abu kayis Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yang Ber-untung dan yang Me-Rugi

2 April 2016   15:37 Diperbarui: 2 April 2016   15:44 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

إلا الذين آمنواو عملوا الصالحات  : kecuali orang-orang beriman kepada Allah dan kebenaran yang telah diturunkan-Nya., kemudian mereka tidak akan beramal kecuali amalan yang sesuai dengan aqidahnya, atau  kompak antara keyakinan hati dengan amal perbuatannya. Itulah orang-orang yang beruntung dan tidak bangkrut, karena mereka tidak terjebak di kubangan keduniaan. Mereka redam hawa nafsu-syahwatnya yang murah, lalu ditukar dengan amalan-amalan yang bernilai abadi ( amalan shalihah ). Abu Bakar dan Umar bin Khottob adalah yang dijadikan standar oleh Rasulullah dalam ayat ini. Kemudian dilanjutkan :

 و تواصوا بالصبر وتواصوا بالحق : dan orang-orang yang saling berwasiat tentang Al HAQ DAN KESABARAN. Al-haq di sini adalah Al Qur’an , As-Sunnah, At-Tauhid, dan Al Iman. Sedang Sabar di sini adalah sabar di dalam menjalankan keta’atan kepada Allah dan sabar di dalam menghadapi ujian dari-Nya. Gamblangnya, orang yang untung adalah orang yang saling berwasiat tentang kandungan Al Qur’an , As-Sunnah, At-Tauhid, dan Al Iman, bukan yang lain.

Imam Syafi'I berkata ; jika manusia mau berfikir tentang surat ini, cukuplah bagi mereka. Yaitu dengan memahami empat tingkatan, dan hal ini adalah merupakan puncak kesempurnaan jiwa. Pertama ; mengenal dan mempelajari kebenaran, kedua ; mengamalkannya, kedua ; mengajarkan / mengajak orang lain meskipun orang yang diajak bersikap tidak baik. keempat ; bersabar  di tengah belajar, beramal dan mengajarkan kebenaran. Tandasnya lagi, inilah puncak klimak kesempurnaan jiwa. Maka tidaklah bisa dikatakan cukup seseorang itu mengenal kebenaran saja, tanpa saling nasehat menasehati satu dengan yang lain.

Said Hawa mengingatkan, meskipun orang yang untung adalah orang yang berpegang teguh kepada Al Qur’an dan As-Sunnah secara teori maupun praktek, namun kaum muslimin hari ini mayoritas menganggap enteng  tingkatan ketiga dan keempat, mereka lebih mengutamakan yang pertama dan kedua, Tentu hal ini sangat kurang sempurna. Maka bisa kita lihat bagaimana keadaan mereka sekarang, red.

Peringatan diri dan Keluarga :

Diri kita dan keluarga tidak perlu terbelalak dan kecil hati  melihat sikap manusia sekarang, Jika kita ingin untung bisnis abadi akhirat kita, fahamilah surat Al-Ashr, benahi iman, buktikan dengan amalan, kemudian saling berwasiat tentang kandungan Al Qur’an , As-Sunnah, At-Tauhid, dan Al Iman. Sebaliknya, bila kita ingin bangkrut bisnis abadi akhirat kita, silakan ikuti pola tingkahnya Abu Jahal, konco-konconya atau yang mirip denganya, yang selalu menghalang-halangi dakwah Islam, pasti kita akan kejungkal ke neraka. Tinggal pilih yang mana, silakan !   WALLAHU  A’LAM BISH SHOWAAB

Sumber & Acuan :

1. Tafsir Ad-Durrul Mansyur Fit Tafsir Al Ma'tsur, Imam Suyuthi.

2. Tafsir Jami'ul Bayan Fi Tafsiril Qur'an, Ath Thobari.

3. Tafsir Al Jami' Liahkamil Qur'an, Al Qurthubi.

4. Tafsir Al Qur'anul Adhim, Abul Fida' Ismail Ibnu Katsir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun