Mohon tunggu...
Sumarno
Sumarno Mohon Tunggu... -

Mencari dan mencari terus.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Ketika Libur, di Hutan Makan dan Tidur

24 Desember 2015   12:55 Diperbarui: 24 Desember 2015   14:44 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana di dalam kamar hotel tembus langsung ke danau Imah Seniman Resort, letaknya di tengah-tengah hutan pada lahan seluas 11 hektar di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Kamar ini cocok untuk bulan madu. (KOMPAS.COM/RIO KUSWANDI)

Di Indonesia banyak peringatan hari besar. Baik hari besar nasional maupun hari besar keagamaan. Hari besar keagamaan biasanya merupakan hari libur. Ketika hari libur mendekati akhir pekan maka libur panjang. Seperti pada akhir tahun 2015 ini, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Hari Natal berturut-turut, Kamis-Jum’at, 24 -25 Desember. Jadilah libur panjang bagi para pekerja ditambah libur akhir semester bagi anak-anak sekolah.

Setiap momentum libur panjang mengakibatkan terjadi gelombang pergerakan manusia yang menambah besar volume lalulintas. Jika libur pajang leberan volume lalu lintas didominasi oleh ritual mudik alias pulang kampung. Jutaan manusia eksodus meninggalkan wilayah Jabodetabek yang merupakan basis ubanisasi. Sedangkan saat libur panjang seperti akhir tahun ini, pergerakan manusia bisa terjadi dua arah. Ada yang pulang kampung ada yang malah datang ke Jabodetabek, terutama anak-anak sekolah.

Tapi yang menjadi fenomena setiap ada libur panjang adalah pergerakan manusia menuju tempat-tempat wisata. Lalu-lintas didominasi mobil pribadi. Dan yang menjadi langganan penumpukan wisatawan dari Jabodetabek adalah kawasan Puncak dan Bandung. Di kedua kawasan tersebut memang dikenal sebagai kawasan wisata yang cukup menarik karena eksotisme pemandangan alamnya. Untuk Bandung ditambah dengan kuliner dan berbagai hasil karya kreatif.

Manfaat positif dari libur panjang dengan berbagai aktivitas wisata adalah menggerakkan roda perekonomian. Ada distribusi sumber daya atau kue ekonomi ke kantong-kantong obyek wisata dank e jasa wisata lainnya. Obyek wisata, hotel, jasa travel banjir order. Hal ini tentu sangat membantu pemerintah dalam pengembangan pariwisata.

Terjadinya fenomena rutin, wisata wakt libur panjang tak lepas dari dukung berbagai sektor lain. Infratruktur transportasi misalnya, dengan ada tol Jagorawi dan Cipularang sangat membantu kegiatan wisata di kawasan Bandung dan Puncak. Apalagi rencana pemerintah mau membangun jaringan kereta cepat Jakarta-Bandung. Dan sarana prasarana lainnya yang mendukung pariwisata.

Disebut fenomena wisata pada libur panjang karena seolah terjadi secara masal sampai terjadi kemacetan di jalur-jalur menujuk kawasan obyek wisata kebanggaan itu. Sebenarnya karena adanya dua sisi yang berbeda. Sedangkan manusia selalu mencari dan ingin merasakan sesuatu yang berbeda. Setelah penat oleh rutinitas pekerjaan, orang ingin refresing, menyegarkan kembali bada dan pikiran di lokasi yang asri, aman, nyaman, dan menyenangkan. Atau menikmati suasana yang unik, bahkan menantang.

Ada dua sisi yang berbeda dan kadang diinginkan sebagian orang memunculkan sesutu yang tak lazim melawan kewajaran. Ada teori yang umum bahwa, kalau membuka usaha di tempat-tempat yang strategis atau ramai dikunjungi orang, missal buka restoran, toko atau bisnis yang lain di lokasi pinggir jalan.

Tapi sekarang ada fenomena unik, misalnya buka restoran atau penginapan di tempat terpencil, atau di tengah hutan. Hal tersebut bisa terjadi karena ada supply and demand. Orang Jakarta yang sehari-harinya didera tumpukan pekerjaan, di jalan disandra kemacetan, dan dipekakan kebisingan. Baik kebisingan politik maupun bisnis atau kebisingan suara dalam arti sebenarnya. Suatu ketika ingin menikmati suasana yang beda. Udara pegunungan yang dingin, hijaunya dedaunan, angkuhnya pepohonan, dan ingin makan di restoran sambil mendengarkan gemericik air nan bersih.

Namun, membuka usaha di tempat terpencil yang sunyi tak gampang. Membutuhkan insting bisnis yang tajam untuk mengambil ceruk-ceruk pasar itu. Mereka tahu memang ada pangsa pasarnya dan harus kerja keras memasarkan, menjemput pelanggan.

Itulah kenapa ketikalibur panjang orang Jabodetabek berduyun-duyun ke Bandung, Puncak, atau Sukabumi. Bukan untuk menonton konser atau menghadiri pesta, t api ibarat ingin makan dan tidur di hutan. Sejatinya manusia selalu merindukan alam yang ramah dan bersahaja. Tapi manusia egois, tak mau merawat, melestarikan alam, cuma mau menikmatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun