Saya mengenalnya diujung hutan dan tanpa seorangpun kutemui didalamnya. Kenapa ku menyebutnya demikian? Berawal dari sebuah keterpaksaan karena aku tidak lolos seleksi masuk sekolah Kimia Industri seperti mbak saya yg bisa lolos dan belajar di sekolah tersebut. Hari-hariku terleawati tanpa senyuman saat itu, menggambar menggambar dan menggambar. Dulunya saya sama sekali tidak memilikibakat dalam dunia menggambar. Seperti didalam kurungan hutan tanpa harapan. Itulah prosesku dalam mengenal batik, mlai dari membuat motif dasar, desain, memola dan memprosesnya sehingga menjadi karya batik yang memiliki nilai seni unik.
Sampai akhirnya saya menemukan solusi agar betah belajar di sekolah yakni, bergabung di beberapa organisasi sekolah. ROHIS, Dewan Ambalan dan merintis PIK-R sewaktu di SMK. Aktifitas organisasi lebih aku sukai dibanding masuk kelas waktu itu. Meskipun demikian Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk lulus SMK dengan nilai standar. Aktifitas diluar sekolah mempertemukanku dengan motivator-motivator hebat yang membuatku termotivasi untuk melanjutkan pendidikan, meskipun saat itu ibuku kurang mendukung karena pasti biaya praktikum diwaktu kuliah sangat mbeleber.
Pernyataan bahwa biaya kuliah tinggi itu membuatku untuk terus berdekatan dengan para motivator di Yogyakarta, sampai akhirnya saya bergabung magang di JAN Inc. Dilingkungan tersebut aku dapat menyadari bahwa jika ada kemauan pasti akan kudapatkan solusi. Adanya beasiswa sangat menolongku dalam berproses mendapatkan salahsatu impian yang kuinginkan.
Di kampus.....ternyata batik selalu melekat dikehidupanku. Dia seperti sosok ibu peri pengantar solusi, yang dulu kubenci kini kucintai. Batik menyelamatkanku dalam menyelesaikan biaya pembelian bahan dan alat praktikum kriya; logam, kayu, keramik, kulit, lukis, patung, batik dan saudara sejenisnya. Aku berfikir keras saat itu, "Bagaimana caraku mendapatkan dana untuk memenuhi kebutuhan dan berbagai kepentingan sosial. Sejak semester 4 saya menggeluti dunia peluang hehe. Adanya kompetisi batik selalu kucoba tanpa menelantarkan kewajibanku di amanah organisasi yang aku ikuti. Praktikum, organisasi, ngebolang, presentasi, sosialisasi dan menulis mimpi itulah yang aku sukai.
Tak peduli apa kata teman-teman dibilang sok sibuk segala macem. Bagiku itu adalah motivasi dan saya selalu membalasnya dengan Terimakasih dan kedipan mata seakan senang dengan bisik2 mereka hehe. Kenapa demikian ? karena saya seringkali membolos kelas demi menjalankan tugas organisasi dan kepentingan diluar kampus. Kurasa kesibukan itu tak menghambat kelulusanku kelak, karena mengelola waktu adalah peran terpenting dalam menjalani aktifitas.
Suatu hari kompetisi batik terbisik ditelinga saya kesempatan untuk terus mengenalnya lebih dekat dalam kehidupanku. "Sejak lahir, menjalani hidup di dunia hingga meninggal diselimuti dengan kain batik. Batik sangat dekat dengan kehidupan Khususnya dalam lingkungan keluarga." Sri  Sultan Hamengku Buwana X. Seni batik tidak hanya melatih ketrampilan melukis dan menghias tetapi juga berperan penting dalam kehidupan karena kain batik terjalin erat dalam kehidupan berbudaya dan bermasyarakat.
Menciptakan motif dan mengkolaborasikan dengan bentuk wayang menjadi andalanku waktu itu dalam  mengikuti kompetisi desain batik. Wayang Wisanggeni menjadi pilihan untuk saya sterilisasi menjadi motif batik. Kenapa Wayang Wisanggeni ? Wisa: bisa dan Geni: api. Wisanggeni adalah tokoh pewayangan yang kurang dikenal oleh masyarakat, namun bagiku ia inspirasiku dalam menciptakan desain batik yang unik dan bermakna perjuangan Pemimpin dalam mendapatkan keadilan untuk kesejahteraan bersama. Seperti mimpiku yang ingin sekali bisa berbagi kesejahteraan dengan mereka yang kurang beruntung (anak-anak yatim).Â
Merasakan apa yang mereka rasakan, itu salah satu alasan kenapa seringkali pergi ke panti menjadi pilihan hati. Rasa syukur yang telah kupelajari dari ibuku yang berjuang sendirian mencari nafkah dan kebutuhan hidup untuk kedua anaknya sejak 22 tahun yang lalu telah kembali pada sang pencipta. Saya menggambarkan perjuangan itu dalam selendang batik Emas Nusantara dan Merah Putih Nusantara. Saya bercerita kisah perjuangan dan harapan dalam filosofi batik tersebut yang saat ini sedang aku utak-utik dari folder ke folder hihi.Â
Yang pasti batik memberiku kesempatanmendapatkan banyak pengalaman, mulai dari presentasi batik di Tingkat, Provinsi, Nasional ataupun Regional (negara tetangga) dan yang paling berkesan adalah dapat Sekarantina di Kompetisi Nasional dan bertemu dengan Guru sewaktu SMK saat berkesempatan presentasi Batik di Taman Budaya Surakarta pada semester 4 lalu.Â
Banyak hal yang kudapatkan sejak diri memutuskan untuk mengusik batik lebih dalam lagi, lagi dan lagi, ini dokumentasi sebagian yang menggambarkan Batik Bagai Sosok Ibu Peri yang membantuku mewujudkan mimpi:..........................
Berhubung File terlalu besar, dan belom sempat edit.....Nexttime saja yak hihi, saya kasih gambar 1 dulu hihi