Mohon tunggu...
Sumarjiyati sumarjiyati
Sumarjiyati sumarjiyati Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru PAI SD. Aktif di komunitas Aisei dan Lagerunal.

Menulis baginya sesuatu yang buatnya bahagia, bahagia bisa berbagi, menulis bisa memanjangkan umur dan mengukir sejarah. Tulis yang kamu lakukan lakukan yang kamu tulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akhirnya Restu Itu Kudapatkan

15 Oktober 2022   16:18 Diperbarui: 15 Oktober 2022   16:28 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak menunggu lama akupun langsung call Adit dan menjelaskannya dengan sangat berat. Aku sampaikan tentang niat Ayah. Adit yang berjiwa sabar pun mampu menenangkan dan menghilangkan kegelisahanku. Adit katakan dengan lembut, aku harus menuruti Ayah. Bagaimanapun restu oarng tua itu lebih utama. Cinta tak harus memiliki.

Adit katakan kebahagiaanku lebih utama. Aku tak boleh durhaka pada orang tua. Bukan Adit tak mau berjuang namun kesehatan Ayah lebih Adit utamakan. Tapi aku belum bisa terima. Aku tak mencintai  putra dari teman Ayah. Aku minta Adit datang dan langsung menemui Ayah. Di terima atau tidak Adit harus berusaha.

Adit menuruti apa yang aku minta. Jangan sampai nanti menyesal di kemudian hari. Apa yang menjadi mimpi kita maka kita harus perjuangkan.

Saat teman Ayah dan juga putranya datang, selang beberapa menit Aditpun sampai. Perasaan tak menentu menghampiriku. Dengan berusaha tenang dan selalu berdoa. Aku mempersilahkan Adit masuk disaat teman Ayah juga ada di sana. Ayah kaget  anmun aku harus jelaskan semuanya.

Bukan hanya Ayah yang kaget namun teman Ayah  dan juga putranya juga kaget. Setelah ayah dan teman Ayah berbincang-bincang. Dan di saat aku di persilahkan untuk mengatakan sesuatu akupun sampikan bahwa aku telah mempunya hubungan dengan Adit. Entah siapa yang merasuki hatiku hingga aku berani mengatakan halitu di depan teman Ayah dan putranya.

Adit sampaikan apa yang menjadi niatnya untuk melamar Tika, tidak peduli nanti tanggapan Ayahnya Tika. Yang jelas jika sudah di sampaikan maka hatiterasa tak mengganjal. Dan betapa Tika dan semua yang ada di ruangan itu dengan jawaban Ayah.

"Pak Rudi, maafkan saya dan anak saya. Dengan tak mengurangi rasa hormat kami. Dengan melihat kesungguhan Adit dan juga anak saya untuk mimpi mereka. Saya sebagai orang tua tak bisa mencegahnya." Kata Ayah.

"Iya Pak, tidak apa-apa. Kami hanya  berusaha jika memang Tika sudah menerima lamaran Nak Adit, saya iklas. Doa terbaik untuk Tika. Dan saya mohon doanya semoga anak saya juga dapat jodoh terbaiknya." Jawab Pak Rudi.

Seperti tak percaya, Ayah yang tadinya kekeh tak merestu aku bersama Adit namun di hadapan temannya Ayah berikan jawaban yang membuat hatiku sangat lega.

Ya Allah ini jawaban atas doa-doaku Kau buka hati Ayah untuk bisa terima Adit.

Seketika itu akupun langsung bersimpuh di hadapan Ayah. Mengucapkan terimakasih dan mohon restu nya. Kulihat Ibu dengan senyum bahagianya melihat Ayah telah memberikan restunya untukku dan Adit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun