"Iya, Ayah. InsyaAllah Tika sudah nyaman bekerja di sini. Doakan Tika ya,Yah." Pinta Tika.
"Selalu anakku, doa Ayah menyertai setiap langkahmu." Seulas senyum tampak  membuatku nyaman memandang Ayahku.
"Terimakasih,Yah." Ucapku.
"Nak, kamu dah bekerja dan usiamu juga sudah pas jika harus menikah. Ayah harap kamu bisa segera menikah." Pinta Ayah.
Deeeg ... hatiku.. bantungku berdetaklebih cepat saat Ayah menanyakan hal itu. Aku belum bisa jawab karena aku masih menunggu Adit.
"Iya Ayah," jawabku datar.
"Begini Nak, minggu depan teman Ayah mau kesini dan akan mengenalkan anaknya pada Ayah untuk bisa mengenalmu." Jelas Ayah.
"Tapi Ayaaah, aaaku.. aku sudah punya teman." Sedikit ragu dan takut aku mengatakannya.
"Loh siapa kok Ayah tak pernah tau tentang dia, siapa dia? orang mana dan bekerja dimana? ".Bertubi-tubi pertanyaan Ayah yang membuatku semakin berat untuk mengangkat wajahku.Â
Aku tau jika Ayah  punya kemauan apapun itu harus tercapai dan baik ibu ataupun aku hanya bisa meneurut. Jika tidak maka Ayah akan marah dan yang buat kami takut penyakit hipertensi Ayah kambuh. Aku kawatir Ayah tak bisa menerima Adit.
Aku tarik nafas dan ku buang pelan serta berusaha untuk menyampaikan apa yang seharusnya aku sampaikan ke Ayah.