"Jika memang sudah siap, lalu sekarang di mana anakmu, jam segini harusnya sudah ada di rumah, bukannya dijagain malah di biarkan pergi." Â Ucapnya.
Aku diam saja, padahal anakku pergi bersama Ayahnya, dan smabil menunggu mereka. Aku di kamar sambil baca-baca buku. Ya.. aku ingin sedikit bisa terhibur dengan membaca buku cerpen atau majalah.
Ibu mertua berlalu meninggalkan ku dengan raut wajah yang tak mengenakkan.Huuuuf ku tarik nafas panjang ku keluarkan pelan.
Din din... suara klakson motor suamiku terdengar. Aku segera beranjak tuk melihat dan membukakan pintu untuknya. Setelah berucap salam dan aku pun menjawab. Anak cewekku yang berusia 7 tahun berada dalam gendongan suamiku.
"lho, Nak. Kok minta gendong Ayah," tanyaku.
"Abis enak sih, Ma. Di gendong sama Ayah."Jawabnya polos
"Adek, kan udah gede, mosyok masih minta gendong." Ucapku.
"Ga pa-pa, Ma. Sekali-kali di gendong ini." Timpal suamiku.
"Ok, ayuk turun. Sebentar lagi maghrib kita siap-siap jamaah ya." Ajakku.
"Siaap, Ma." Hampir bebarengan suami dan anakku menjawab permintaanku.
Kami tersenyuum bersama. Kami begitu bahagia, andai ibuku melihat tumbuh kembang  anakku pastilah ia akan merasa bahagia juga. Sayang Ibuku sudah menghadap Ilahi satu tahun silam saat ananku masih sekolah Taman Kanan-kanak.