Pagi itu lagu dipikir keri yang dinyanyikan oleh Via Vallen mengalun merdu dari ruang kerja Wali Kota Malang. Beberapa meter dari situ setelah hotel tugu tampak seorang pria mengendarai Astrea 800 oleng karena menghindari jalan lubang, namun justru terkena lubang lainnya.
Rupanya ban sepeda Astrea 800 milik pria tersebut bocor, dia berhenti dan menggeleng-gelengkan kepala sambil berlalu menuntun sepeda motor lamanya tersebut ke tukang tambal ban di dekat Masjid Ahmad Yani.
"Waduh cak, iki gak mek bocor, velege pisan yo bengkong" ujar si tukang tambal ban sambil memperlihatkan bagian yang dimaksud.
"Jangkrik, lak onok ae, durung oleh koyo, dagangan durung payu" sambung si bapak tersebut sambil memegangi kepala.
Tak lama kemudian, dari arah jalan raya terdengar suara sirine, polisi dan petugas satpol PP mengawal mobil plat merah Toyota Camry dengan kaca hitam pekat tertutup, tentu saja itu adalah mobil walikota Malang yang menerobos mulus jalan raya berlubang.
Ya, persoalan jalan berlubang menjadi perbincangan utama di Kota Malang. Walikota Malang Sutiaji sebenarnya tidak punya banyak jurus untuk menjawab pertanyaan terkait jalan berlubang, jawaban yang muncul selalu sama, yakni harus dibedakan mana jalan milik Kota Malang dan milik provinsi, karena itu membutuhkan penanganan yang berbeda.
Hal ini lucu, karena walikota dinilai tidak paham wilayahnya sendiri. Selain banyak jalan berlubang di tengah kota, di wilayah pinggiran Malang lebih parah lagi. Di daerah Kedungkandang hingga Madyopuro, jalan raya ibaratnya seperti anak tiri yang tidak terawat.
Jangan membandingkan Sutiaji dan Walikota Surabaya, Tri Rimaharini atau yang akrab disapa Risma, dia begitu disegani dan dicintai oleh rakyatnya. Sikap galak Risma kepada pelayanan publik yang dinilai tidak memihak rakyat patut diacungi jempol. Di Malang, yang galak hanya Singo Edan, bukan Sutiaji.
Dibalik Batalnya Konvoi Aremania
Lubang dijalan yang terkesan dibiarkan oleh pemerintah Kota Malang memunculan banyak spekulasi. Termasuk ketika Arema FC tidak mengadakan konvoi demi merayakan juara Piala Presiden 2019, berdekatan dengan pemilu disinyalir bukan satu-satunya alasan tidak ada konvoi.