Tonggak sejarah lahirnya sumpah pemuda ini merupakan cerminan kerinduan pemuda saat itu untuk Bersatu memperjuangkan kebangsaan yang bebas dari penindasan Kolonial Belanda tanpa sekat Ras, agama, suku dan budaya serta Bahasa. Mereka menyadari perbedaan yang ada merupakan pondasi kekuatan yang tak bisa terkalahkan oleh kekuatan manapun didunia ini termasuk kolonialisme Belanda saat itu.
Kebersamaan yang dirintis mempererat tali persaudaraan menuju kemerdekaan Indonesia. Tak hanya itu, nusantara yang membentang dari Kota Sabang hingga Merauke menemukan kedaulatan yang wajib dipertahankan hingga titik darah penghabisan.  Perjuangan ini wajib diapresiasi serta diberi penghormatan khusus dengan menetapkan tanggal 28 Oktober sebagai  hari Sumpah Pemuda.
Tahun ini Hari Sumpah Pemuda mengusung tema Bersatu, Bangkit dan Bertumbuh. Tema ini dipilih sebagai bentuk penggambaran spirit persatuan dalam keberagaman bangsa Indonesia serta spirit partisipasi kaum muda untuk bangkit melawan pandemi COVID-19 mewujudkan pertumbuhan ekonomi dengan semangat kewirausahaan pemuda.
Sudahkah tema ini menjadi spirit kaum muda kita ?
Menjawab pertanyaan diatas memang sangat pelik. Pemuda pemudi kita sedang dirundung ego personal. Praktek intoleransi dan radikalisme yang terjadi ditanah air menempatkan kaum muda kita pada tempat yang teratas selaku aktor utama. Air kehidupan bangsa kita sedang keruh oleh noda-noda rasisme yang kian hari kian menjadi.Â
Isu agama mengisi lorong waktu menuju ruang kehidupan sosial menjauhkan kodratnya dari hubungan pribadi dengan Tuhan. Pancasila sebagai sendi kehidupan bangsa kian hilang kesaktiannya setelah anak bangsa menganut faham lain menjauhkan perbedaan yang menjadi ciri khas bangsa sebagai warisan nenek moyang kita. Badan Pembinaan Ideologi Pancasila  (BPIP) kehabisan jurus meramu faham yang kian hari kian condong menuju pemahaman luar yang sangat jauh dari latar belakang bangsa kita.
Bhineka Tunggal Ika tak lagi menebarkan aroma persatuan.Â
Ancaman perpecahan pun kian membayang-bayang langit nusantara. Mungkin narasi-narasi ini cukup sampai disini, selebihnya penulis persilahkan kepada pembaca budiman untuk melihat dengan mata hati kondisi bangsa kita yang sedang tidak enak badan.Â
Pada kesempatan ini penulis hanya ingin mengajak kembali kaum muda kita yang belum kronis menjadi homo Pancasilais. Para pendiri bangsa telah meminang Pancasila bukan sekedar simbolitas belaka tapi alasan akar budaya bangsa telah terpatri didalam jiwa pancasila itu. Itulah sebabnya Pancasila tetap menunjukkan kesaktiannya meski dirongrong berulang kali.Â
Nilai-nilai luhur Pancasila telah diejawantahkan dalam kehidupan berbangsa  dan bernegara  sekaligus mengandung nilai luhur religi setiap agama dan budaya yang ada di Indonesia.Â