Kisruh Kemenpora, Imam Nahrowi dan PSSI bermula dari Surat Keputusan Sakti Kemenpora, yang membekukan PSSI, tidak mengakui kepengurusan PSSI dan semua aktifitas keolahragaan yang di selenggarakan PSSI. Kegaduhan ini berbuntut panjang, hingga Fiva mencabut hak Indonesia dari kompetesi Internasional.
Atas keputusan Kemnpora yang sepihak itu, PSSI melakukan gugatan ke PTUN DKI Jakarta. Gugtan itu di menangkan PSSI. Melalui keputusanya, PTUN Jakarta, mengatakan SK Pembekuan PSSI oleh Kemenpora adalah melanggara hukum dan harus di cabut kembali. Atas keputusan PTUN, Kemenpora melakukan banding, namun hasil nya juga nihil.
Tidak puas dengan hasil keputusan banding, Kemenpora juga melakukan kasasi ke Mahkamah Agung, hasilnya juga kalah telak. Mahkamah Agung menolak kasasi yang diajukan Kemenpora. Kabar ini, tentu angin segar bagi persepakbolaan Indonesia. Dengan keputusan ini, tidak ada alasan lagi bagi Kemenpora untuk mencabut SK sakti pembekuan PSSI.Â
Namun, alih-alih Kemenpora mencabut SK pembekuan PSSI. Di tengah situasi yang tidak menentu ini, Ketua Umum PSSI, La Nyalla Mahmut Matalatta, di tetapkan tersangka oleh Kejati Jawa Timur. Banyak yang berspekulasi bahwa, penetapan Ketua Umum PSSI sebagai tersangka sarat dengan muatan politis. Pihak PSSI menilai, penetapan La Nyalla menjadi tersangka adalah korban kegaduhan Kemenpora dan PSSI
Kegaduhan ini justru semakin suram masa depan persepakbolaan Indonesia. Ditengah ada upaya Presiden Jokowi, untuk menyelsaikan kisruh yang sudah berjalan hampir satu tahun. Kisruh ini, tentu mengorbankan banyak pihak, mulia dari pemain, pelatih, rakyat yang menggantungkan hidupnya di persepakbolaan, dan yang tak kalah penting adalah kegaduhan ini merugikan bangsan Indonesia.Â
Sudahlah, kalaupun ada conclict of interest, antara Kemenpora dan Ketua Umum PSSI secara pribadi, jangan korbankan rakyat Indonesia, rakyat yang cinta akan persepakbolaan nasional. Kenapa sih, Kemenpora ngotot dan susah amat mencabut SK Pembekuan PSSI. Kalaupun mau di cabut, jangan buat kegaduhan lagi yang tak akan tau ujung pangkalnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H