Setelah kepanikan warga terkontrol dengan baik, muncul persoalan baru yakni, ketidakpercayaan segelintir warga Desa kepada pemerintah atas penetapan status pasien covid - 19.
Isu ini menggelinding liar dimedia sosial, beberapa oknum warga sudah mulai menuding, ini pesanan sponsor, pemerintah sengaja membesar - besarkan masalah covid - 19, karena ini proyek besar.
Tudingan mereka sebetulnya juga beralasan, karena kemampuan cara berpikir mereka juga sangat terbatas. Mereka berargumentasi, kalau betul keluarga kami positif, kenapa mereka sehat dan tidak sakit.
Selang beberapa hari kemudian, muncul foto pasien covid 19 sedang tertawa ria, bercanda, dan sedang berbuka puasa bersama teman - temanya yang sedang di karantina di Labuan Bajo.
Dalam situasi seperti ini, saya sebetulnya paham, karena rata - rata yang gaduh dimedsos adalah keluarga dekat pasien covid - 19, yang belum terima keluarganya menjadi pasein covid 19.
Tidak yang perlu disalahkan dalam situasi genting  seperti ini, sebab saling menuding dalam situasi seperti ini, idak bisa menyelesaikan persoalan yang ada.
Yang dibutuhkan  dalam situasi sekarang adalah, solidaritas, saling  menguatkan, dan berasama - sama menjaga diri, keluarga, dan masyarakat, dengan mengindahkan semua protap, dan protkoler covid - 1.
Upaya untuk meminimalisir dampak psikologis sosial akbat covid - 19, juga bagian dari upaya bersama melawan pandemi. Dan kita akan bekerja sesuai tupoksi kita masing - masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H