Semua orang pasti tahu apa manfaat hutan untuk kehidupan. Namun sayang sekali jika hanya sekedar tahu dan tak mencoba menciptakan manfaat itu. Begitu pentingnya hutan bagi kehidupan, semua tahu. Bahaya hutan jika ia rusak, tak ada yang tak tahu. Tetapi mengapa kerusakan masih saja terus terjadi? Sepertinya faktor ekonomi adalah jawabannya. Tak peduli dari kalangan mana, jelas saja tujuannya adalah memenuhi kebutuhan ekonomi. Sangat ironi ketika seharusnya faktor ekonomi adalah salah satu dari 3 manfaat hutan selain ekologi dan sosial, kini justru menjadi penyebab utama kerusakan hutan. Betapa tidak, dari yang terkecil, mencuri kayu untuk makan, sampai melakukan ilegal loging demi uang banyak, semua itu tak pernah lepas dari faktor ekonomi. Akibatnya? Tak perlu dijelaskan pun semua sudah tahu seperti apa yang akan terjadi? Siapa yang disalahkan? Tak akan selesai pula jika ini yang dibahas. Hal terpenting yang harus diketahui dan sudah pasti mutlak harus dilaksanakan adalah penghijauan, rehabilitasi, dan semua kegiatan yang memungkinkan untuk mengembalikan kelestarian hutan. Akhirnya dampak baik maupun buruk yang akan terjadi kembali lagi pada masyarakat, tergantung bagaimana pula upaya yang dilakukan. Apalah arti penghijauan yang dilaksanakan pemerintah jika tak di dukung oleh masyarakat. Pohon memang seperti anak manusia, tak akan tumbuh baik jika tak dirawat dengan baik. Mau tak mau, masyarakatlah pihak yang paling memungkinkan untuk melakukan itu. Maka kerjasama dengan masyarakat adalah solusi terbaik untuk menjaga hutan Indonesia. Sebagai contoh, hutan Gunung Kidul di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dulunya, daerah ini adalah tanah gersang berbatu, tandus, panas, dan sulit air. Selain itu, tak lepas dari peristiwa penjarahan besar-besaran tahun 1998 yang tak menyisakan sebatang kayu pun hidup di wilayah itu. Lalu apakah masyarakat dan pemerintah di sana diam saja? Tentu tidak. Upaya mengembalikan hutan dilakukan oleh semua pihak secara gotong royong. Masyarakat dan pemerintah bekerjasama membangun hutan. Melalui sistem hutan kemasyarakatan, perlahan tapi pasti tanah dan bebatuan itu disulap menjadi hutan jati. Berbagi kelompok tani dibentuk, tujuannya tak lain adalah mengelola hutan bersama masyarakat. Masyarakat dapat memungut hasilnya, dan pemerintah pun dapat mengandalkan masyarakat untuk menjaga hutannya. Meskipun terkadang kasus pencurian masih terjadi, namun selalu ada jalan untuk menanganinya. Maka lihatlah hasil sulap masyarakat kabupaten Gunung Kidul ini. Bisakah anda bayangkan bagaimana menanam sebuah tanaman di atas tanah berbatu yang benar-benar tandus ini?
Lalu lihatlah hutan jati di atas batu-batu keras ini,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H