Mohon tunggu...
Sulvi Ramah Hadi
Sulvi Ramah Hadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Hobi: Traveling dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Metode Efektif: Dakwah Digital di Era Masyarakat Online

17 Juni 2024   20:37 Diperbarui: 17 Juni 2024   20:46 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Oleh: Syamsul Yakin (Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) & Sulvi Ramah Hadi  (Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Tidak dapat disangkal bahwa dai adalah bagian dari masyarakat online. Mereka dapat dengan cepat berbagi pesan dakwah melalui blog, konvergensi media sosial , wiki, forum, dan dunia virtual yang disediakan dan dilayani oleh penyedia internet. Sebagai anggota masyarakat online, dai ikut serta dalam perang narasi . Pada masa lalu, dai melakukan perang narasi secara tatap muka, tetapi sekarang mereka dapat melakukannya secara tatap maya hanya dengan dua ibu jari. Dalam dunia dakwah, "perang narasi" berarti aktivitas dai di dunia maya yang mengungkapkan ide dan gerakan untuk mendorong masyarakat online untuk mengikuti perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Ini disebut sebagai "perang narasi" karena konten yang berseberangan mulai marak tersebar secara online di masyarakat. 

Ada sejumlah saran, metode, trik, dan kiat yang harus diikuti oleh dai untuk berhasil menyeru, mengajak, dan mempengaruhi masyarakat secara online. Pertama, dai harus mampu "mengaduk-aduk" perasaan orang di internet, seperti sedih, gembira, responsif, atau marah. Untuk membuat konten yang disampaikan menarik, video harus berdurasi kurang dari tiga menit dan memiliki resolusi dan rasio aspek yang disarankan oleh pakar komunikasi. Jika gambar (caption) membutuhkan teks singkat, gunakan bahasa baku.

Ini adalah bagian khusus dari keahlian multimedia yang paling tidak dipahami oleh seorang karyawan di seluruh dunia. Komponen lain dari konten, baik teks maupun gambar, harus berbasis data dan penelitian. Karena dianggap memahami banyak hal , komunitas online akan menghormatinya. Kedua, masyarakat online yang menjadi subjek narasi mungkin memiliki mazhab dan manhaj Islam yang berbeda . Atau, dalam konteks sosial-politik, masyarakat online memiliki afiliasi politik dan ormas yang berbeda. Untuk mencapai tujuan ini, teks dan gambar yang dibagikan harus inklusif, toleran, dan moderat. Dai saat ini moderat, cerdas, toleran, dan inklusif, dan biasanya memiliki banyak pengikut atau follower (instagram dan tik tok), tweeps (twitter), subscriber (youtube), dan teman (facebook). Dai harus tetap menjadi anggota masyarakat internet.

Ketiga, dai pasti harus memiliki akun media sosial resmi seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, TikTok, Telegram, Twitter, dan lain-lain. Dai harus memiliki kata sandi atau kata sandi untuk menjaga semua akun aman. Keempat, berdakwah di internet membutuhkan waktu ahli teknologi informasi. Salah satu tugas tim ini adalah membuat sistem komputer, jaringan, dan aplikasi baru, seperti pengawasan, keamanan akun, dan perawatan. Untuk berhasil berdakwah di masyarakat online yang berubah dan berkembang dengan sangat cepat, dai harus mengikuti beberapa saran ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun