Mohon tunggu...
Mas Dodo
Mas Dodo Mohon Tunggu... Peternak - marketer, business, dll

Hobby menulis, jualan, dapat untung, dll...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya Tidak Tahu

3 Oktober 2011   21:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:22 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyusuri suasana pagi kota Jakarta sudah pasti selalu disuguhi dengan kemacetan yang luar biasa karena secara serentak semua orang berangkat dari berbagai penjuru memasuki kota Jakarta.Beraneka ragam kendaraan baik roda dua sampai roda empat. Baik yang bermodel lama sampai yang baru muncul di iklan pun gampang ditemui.

Setelah melirik ke kanan, ke kiri ternyata hampir semuanya hanya berisi satu orang saja : sopir.Oalah,…. pantas saja!. Artinya mobil-mobil ini paling tidak membawa empat kursi kosong ke mana-mana.

Pembahasan mengenai kemacetan di ibukota selalu menjadi isu penting.Di berbagai radio (teman setia diperjalanan) setiap pagi selalu menyuguhkan informasi kemacetan di sana-sini.Belum lagi kalau ada kecelakaan, wah, semakin parah.

Pemerintah provinsi berusaha membantu memecahkan solusi ini, mulai dari busway, monorail, dan MRT (Mass Rapid Transportation).Meski saat ini praktis yang efektif hanya busway saja, sementara monorail yang dulu santer banget dibicarakan, ternyata berhenti sampai proyek pengecoran tiang penyangga saja dan entah karena apa proyek ini tidak berlanjut. Saya tidak tahu.

Juga dengan MRT yang kabarnya sudah deal dengan pemerintah Jepang untuk membangun jalur cepat dalam waktu segera. Ini juga masih wacana.Anehnya,jalur yang akan dibangun rencananya hanya dari Lebak Bulus ke Kota saja, alias satu rute ini saja. Padahal jalur kemacetan hampir rata di seluruh Jakarta. Saya juga tidak tahu.

Salah seorang penyiar radio menyampaikan data penjualan mobil di tahun ini bahwa penjualan mobil di Indonesia sampai dengan Oktober ’10 ternyata naik 64% dibanding periode yang sama tahun lalu.Tahun ini mobil terjual lebih dari 625 ribu.Inilah penyebab kemacetan yang semakin parah.Dirasakan dalam kurun waktu kurang dari enam bulan terakhir kemacetan terasa ekstrem.Saya tidak tahu, kenapa pertumbuhan ini demikian cepat.

Apakah karena begitu gampang mencari uang di Jakarta, atau begitu mudahnya bank memberi kredit.Saya tidak tahu pasti.Yang jelas, dapat dibayangkan ketika memasuki lebaran, seluruh mobil di Jakarta keluar menuju daerah dan mampu memacetkan segala penjuru Jawa.Itulah kurang lebih gambaran “populasi” mobil di Jakarta.

Tidak tahu adalah wajar

Saya tidak tahu, tidak tahu dan tidak tahu.Ternyata banyak masalah pelik dilingkungan kita yang kita sendiri tidak mampu memecahkannya, sehingga ketika ditanya seseorang paling-paling kita jawab : Saya tidak tahu.Mulai dari kemacetan, kesehatan, penangguran, kesulitan mencari kerja, dan masih banyak lagi masalah-masalah social yang tidak kita ketahui.

Disadari atau tidak, ketidaktahuan menjadi semacam sindroma, apalagi terhadap sebagian orang yang bekerja di Ibukota dengan padatnya rutinitas yang itu-itu saja sehingga kepekaan menjadi tumpul.

Namun apakah orang yang “tidaktahu” itu lantas dicap “miskin informasi = bodoh” ? Ah, tidak……! Ada kalanya jawaban tidak tahu justru yang diharapkan,. Kok bisa ?

Bayangkan, ketika kita yang menanyakan sesuatu kepada seseorang dan ternyata jawabannya salah, atau dari jawaban yang ragu-ragu kemudian diikuti dan justru menjerusmuskan, maka kita pasti akan menyesal.“Kenapa tega-teganya dia menjawab begitu ya, sampai saya ………….” begitu kira-kira.

Bukankah jika memang tidak tahu, maka lebih baik dan sah-sah saja jika menjawab, “Maaf, dalam hal itu saya tidak tahu.”Rasanya orang yang bertanya pun pasti akan memakluminya.

Kehidupan pelaku bisnis dalam industri peternakan ini sangat dituntut “tahu” banyak hal karena bisnis ini berhubungan dengan barang hidup yang sangat mudah dipengaruhi oleh banyak factor.Indutri peternakan sangat berkaitan dengan urusan teknis pemeliharaan, perkembangan bibit, pakan maupun manajemen.

Tuntutan ini tidak hanya harus dipenuhi oleh para technical advisor saja tetapi semua elemen yang terkait dalam industri ini wajib mengetahui.Pasalnya, jika ada perubahan genetic maka nutrisionis musti menyesuaikan dengan requirement of feed specification-nya.

Para technical sudah pasti harus membantu mensosialisasikan perkembangan tersebut melalui satu guidance yang praktis, bukan teoritis.Hal ini supaya mudah dimengerti oleh semua pihak.

Departemen produksi juga dituntut untuk meramu pakan dalam bentuk yang sesuai, yang hal ini membutuhkan ketelitian dan kecermatan khusus.Jika tidak, maka akan terjadi “kegagalan” performance di lapangan.

Departemen Marketing dan Sales adalah yang paling berat.Mereka dituntut untuk “tahu” banyak hal : teknis, penyakit, nutrisi, produksi dan yang pasti harus bisa jualan.Pelanggan menganggap tim sales ini tahu segalanya.Segala permasalahan yang ada di farm, tim sales harus bisa menyelesaikan.Termasuk jika terjadi kasuspenyakit, maka setiap sales “wajib” bisa mampu membantu, tidak peduli apakah dia dokter hewan atau bukan.

Sehingga bukan tidak mungkin dalam posisi seperti ini ada hal-hal yang betul-betul tidak diketahui dan terpaksa menjawab : Saya tidak tahu.Namun dengan jawaban yang diplomatis bisa saja dijawab dengan “Maaf, saya tidak faham akan masalah ini. Secepatnya saya akan mencari solusinya dan segera akan saya beritahukan”.Ini adalah jawaban orang yang tidak tahu namun enak didengar, bukan?

Apakah customer kita akan marah dengan jawaban itu? Ternyata tidak! Sesuai dengan komitmen, bahwa dalam waktu segera akan dicarikan solusinya, maka jika komitmen itu ditepati dan solusinya betul-betul “manjur” maka tentunya pelanggan akan respect sekali.

Hal-hal seperti diatas sering ditemui.Sebaiknya jangan sekali-kali mereka-reka jawaban yang tidak diketahui secara pasti, sekedar untuk menutupi kekurangan.Yang ini akan fatal, dan lebih celaka lagi kepercayaan pelanggan akan hilang.Repot untuk jangka panjang.

Bayangkan ketika menghadapi permasalahan penyakit yang kebetulan kita bukan dokter hewan, kemudian mendiagnosa suatu penyakit, dan salah, maka saran yang disampaikan juga keliru.Bisa-bisa ayam batuk disarankan untuk diobati dengan obat sakit perut!.Begitu analoginya.

Praktis, menjadi sosok yang sesungguhnya, dengan kelebihan spesifik yang dimiliki itu terasa lebih baik, lebih nyamanketimbang menjadi “sosok bayangan” orang lain.Be your self !.Akan tetapi menjadi sosok yang selalu tidak tahujugamenjadi pertanyaan orang lain.“Orang ini kalau ditanya kok selalu tidak tahu!” .. Kalau seperti ini, berarti bukan sindroma lagi, melainkan penyakit!.

Jadi, tidak tahu boleh-boleh saja, asal jangan selalu tidak tahu!.Jadilah yang bisa mengatakan tahu, jika memang yakin tahu, dan katakan tidak tahu, jika memang yakin tidak tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun