Peristiwa itu adalah: (1) pelubangan perahu yang dilakukan secara sengaja oleh Khidir; (2) pembunuhan seorang anak muda; dan (3) perbaikan dinding rumah. Ketiganya selalu disusul oleh pertanyaan Musa dari setiap peristiwa. Sungguh, melipatgandakan kesabaran merupakan kebutuhan. Tantangan selama belajar haruslah dihadapi dengan kesabaran, bukan dengan keputusasaan.
4. Mengasah diri tiada henti.
Proses belajar sesungguhnya merupakan proses mengasah diri tiada henti. Ia merupakan proses dinamis untuk menghimpun sebanyak mungkin ilmu, informasi, dan pengalaman, sebab tidak ada yang dapat dilakukan tanpa ilmu. Kebodohan merupakan belenggu yang membuat hidup menjadi tidak berdaya dan penuh dengan kelemahan.Â
Tanpa ilmu seseorang akan mudah tertipu dalam kehidupan ini. Sekali lagi, lihatlah Nabi Musa! Ia tidak merasa puas dengan predikat kenabiannya. Ia ingin terus mengasah diri. Oleh karena itu, ketika Musa mendengar nama Khidir, ia segera bergegas ingin berguru kepadanya.
Dalam belajar kita tidak sekedar perlu tekad yang kuat, tetapi juga kesabaran. Tekad memberikan dorongan untuk mengambil tindakan. Sedangkan kesabaran menjaga kita untuk tidak gampang menyerah ketika berhadapan dengan tantangan.
*Disarikan dari Buku Prophetic Learning, karya Dwi Budiyanto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H