Mohon tunggu...
Sult Harias
Sult Harias Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

Merayakan Semarak Manusia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Roti dan Mawar: Warna sebagai Kebutuhan Mendasar dalam Kehidupan Manusia

16 Juni 2024   14:30 Diperbarui: 17 Juni 2024   18:37 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia merupakan makhluk penjunjung tinggi nilai humaniora sebagai salah satu hakikat yang dimiliki oleh setiap individu. Tidak hanya melihat dari warna kulit atau kedudukan hierarkis dalam masyarakat, melainkan melihat dari seluruh aspek kehidupan yang menunjukkan kita sebagai manusia. Sebuah makhluk yang memiliki naluri untuk berkomunitas, bermoralitas, dan bersenang ria.

Roti Kehidupan diartikan sebagai segala kebutuhan manusia untuk terus bertahan hidup. Sedangkan Mawar Kehidupan adalah upaya manusia dalam menciptakan makna dan semaraknya warna kehidupan melalui ekspresi kudus yang bersemi dari sifat dan kebutuhan manusia (pendidikan, hak politik, kepercayaan, sastra, dll). 

Betul, dengan sekedar memiliki sandang, pangan, dan papan, manusia sudah dapat hidup sejahtera. Beranak pinak dan terus berantai bertahan hidup. Namun, apakah manusia akan terus larut dalam kesederhanaan dan sejahtera hanya dengannya? Tidaklah manusia akan jenuh dan bersikap monoton jika tujuan fundamentalnya adalah hanya untuk berkelinci?

Melawan kejenuhan inilah melalui sifat dan kemampuan manusia untuk mengekspresikan diri. Buku atau karya tulis sudah menjadi salah satu media terpenting dalam melayani ekspresi manusia. Rasa melankolia atau ria pada musikpun demikian melalui indahnya nada dan irama. 

Tidak hanya kesenian dan kesusastraan, dorongan manusia untuk saling mendidikpun dapat menjadi contoh Mawar Kehidupan. Bahkan beropini dan berserikat untuk kepentingan bersama maupun menganut sebuah sistem kepercayaan sebagai bentuk ekspresi manusia yang berlatar dari nilai humaniora.

Manusia sungguh tidak cukup memiliki roti kehidupan sebagai personifikasi akan kebutuhan dasar. Manusia sebagai entitas yang berfikir secara bebas dan merdeka, merasa dan merangsang, memerlukan makna, warna, dan karsa untuk mengekspresikan imaji diri.

Tergambar harunya adalah karakter "Aku" dalam buku Sult (1890) karya Knut Hansum, ketika "Aku" terkena tamparan kelaparan, tetap bersempat diri mendewakan sebuah bunga mawar merah seakan daging yang dijual oleh seorang ibu di Pasar Stortovert. "Bila aku sudah menerima uang memadai, aku akan membeli mawar merah itu", begitulah sumpahnya pada dirinya. "Aku harus memiliki mawar itu!"

Lalu hadirlah sebuah pertanyaan, mengapa "Aku" dalam keadaan menjerit payah tetap mendambakan setangkai bunga mawar merah itu untuk dimilikinya? Tidaklah lebih berpokok jika uang memadai itu dipakai untuk membeli pangan? Bahkan ditabung untuk membeli sandaran kepada badan atau perisai penghalang deras hujan pada kepala? 

"Aku", merindukan keindahan. Dan layaknya seluruh manusia dalam dunia ini, mempunyai hasrat besar akan rasa keindahan. Sebuah rasa yang dapat menciptakan warna bagi kehidupan.

Serupa dengan pidato oleh Helen Todd mengenai penderitaan wanita yang menciptakan sebuah slogan perjuangan dalam melawan opresi dan ketidakadilan untuk menjunjung hak yang adil, kehormatan, dan kesejahteraan, "bread for all, and roses too".

Tanpa disadari, Mawar Kehidupan sudah mendarah daging dalam peranan manusia sejak dahulu dan selamanya. Manusia menulis, mencipta, dan berdansa untuk melegakan dahaga yaitu kepahitan dunia. Karena terciptalah warna berarti tersalurnya sakit menuju bangkit, bara menjadi api, dan jenuh menjadi penuh.

Maka tidakkah warna dari Mawar Kehidupan sebagai salah satu kebutuhan primer terpenting bagi manusia?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun