Mohon tunggu...
Sulthan Zaldi
Sulthan Zaldi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan minat di bidang musik dan sosial, menulis adalah salah satu hobi yang saya miliki dan ingin saya tekuni lebih dalam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Opini Dampak Fatherless di Indonesia, Menyoroti Peran Ayah dalam Pembentukan Karakter Anak

7 November 2024   16:38 Diperbarui: 7 November 2024   16:51 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Figur orang tua sangat penting bagi tumbuh kembang seorang anak, seorang anak akan belajar dan tumbuh kembang dengan cara mengikuti ajaran atau perilaku yang orang tua mereka lakukan. Namun, apa yang akan terjadi jika salah satu figur orang tua tidak berfungsi dengan baik secara fisik maupun psikologis. 

Opini yang akan saya sampaikan membahas tentang kurangnya figur seorang ayah di Indonesia, mengingat berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada 2021 lalu, Indonesia masuk golongan negara dengan tingkat fatherless yang cukup tinggi yaitu 9 persen. Sebutan fatherless itu sendiri ditujukan kepada anak-anak yang melewati masa tumbuh kembangnya tanpa figur atau peran ayah baik secara fisik maupun emosional.

Hal yang tidak banyak disadari adalah kurangnya peran ayah di Indonesia, terutama dalam hal pengasuhan anak. Meskipun ibu memainkan peran yang sama pentingnya dalam keluarga, banyak orang masih berpikir bahwa wanita bertanggung jawab atas pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya, dan tugas utama seorang ayah adalah menafkahi keluarganya. Pada kenyataannya, pengaruh seorang ayah terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak sangatlah penting. 

Karena komitmen profesional yang menghalangi ayah untuk hadir di rumah atau kurangnya pemahaman akan pentingnya peran ayah dalam mendidik anak, banyak anak di Indonesia yang tumbuh tanpa kehadiran ayah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat berdampak pada kesehatan emosional anak.

Anak-anak yang memiliki hubungan dekat dengan ayahnya biasanya memiliki kecerdasan emosional yang lebih tinggi, lebih percaya diri, dan dapat berkomunikasi secara efektif. Peran ayah dalam mengasuh anak masih terhambat oleh stereotip gender yang masih melekat di masyarakat kita. Kepercayaan yang umum adalah bahwa ayah tidak perlu terlalu terlibat dalam mengurus rumah atau mengasuh anak. 

Hal ini jelas tidak adil-bagi anak yang kehilangan nasihat dari figur seorang ayah, dan juga bagi ibu yang akhirnya memikul beban yang lebih berat. Namun, gaya hidup dan teknologi saat ini juga membawa kesulitan baru. Banyak ayah yang tidak mengiringi kehadiran fisiknya di rumah dengan kehadiran emosional karena disibukkan dengan pekerjaan atau ponselnya. Akibatnya, jarak antara orang tua dan anak menjadi semakin lebar.

Ketika seorang anak tidak memiliki peran ayah yang fungsional, perkembangan emosionalnya sangat terpengaruh. Figur seorang ayah memberikan rasa aman dan dukungan yang penting bagi perkembangan anak. 

Jika sang anak tidak memiliki figur ini, anak akan mengalami masalah kepercayaan diri, kecemasan, dan perasaan rendah diri. Salah satu dampak yang paling sering terjadi akibat fatherless kepada anak perempuan adalah ketika sang anak beranjak dewasa dia akan mudah ketergantungan dengan pasangannya dan cenderung suka mengemis perhatian, hal ini disebabkan kurangnya kasih sayang dan perhatian yang didapat sejak kecil. 

Sedangkan dampak yang sering terjadi kepada anak laki-laki adalah ketidak sesuaian karakter dimana sang anak akan memiliki sisi feminim yang berlebihan yang menyebabkannya menjadi laki-laki feminim, hal ini disebabkan karena kurangnya figur ayah yang membentuk karakter maskulinitas anak. Permasalahan ini sering disebut sebagai daddy issues.

Perbincangan ini seharusnya menjadi topik yang perlu dibahas oleh masyarakat Indonesia,  terlebih kepada orang tua dan ayah. Mereka harus lebih menyadari pentingnya figur orang tua terutama seorang ayah yang terbukti kekurangan di Indonesia, para ayah harus memiliki ilmu parenting yang baik sehingga tidak berpikiran bahwa tugas seorang ayah hanya untuk menafkahi secara finansial saja tetapi juga harus menafkahi secara psikologis dalam pembentukan karakter sang anak.

Dalam mendidik dan membangun karakter seorang anak, membutuhkan kesabaran serta konsistensi. Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan orang tua terutama seorang Ayah dalam melakukan pembangunan karakter anak :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun