Perjalanan Srimulat, sejak kelahirannya pada tahun 1950 di Surakarta, adalah kisah yang menghibur yang mencerminkan perjalanan panjang seni komedi di Indonesia. Srimulat didirakan oleh Teguh Slamet Rahardjo, seorang seniman kreatif. Srimulat menjadi sorotan dengan gaya panggungnya yang unik dan penuh humor. Dengan sindiran sosial yang terjalin dalam pertunjukan mereka, Srimulat mampu menangkap esensi kehidupan sehari-hari, membuat penonton tertawa, dan sekaligus merenung.
Panggung yang mereka taklukkan bukan hanya panggung lokal Surakarta, melainkan panggung nasional dan layar televisi. Transisi ini tidak hanya mencerminkan kemampuan adaptasi mereka, tetapi juga menunjukkan dampak besar Srimulat dalam merumuskan humor Indonesia yang mencakup lapisan masyarakat yang lebih luas. Kesuksesan mereka di panggung televisi memberikan bukti betapa Srimulat bukan sekadar grup lawak biasa, melainkan kekuatan kreatif yang terus berkembang di tengah arus perubahan dalam dunia hiburan.
Pergeseran mereka dari panggung tradisional ke televisi mencerminkan adaptabilitas dan kreativitas yang luar biasa. Srimulat bukan sekadar menjelma dari bintang panggung lokal menjadi artis TV nasional, tapi juga menunjukkan bahwa seni komedi bisa menyelinap ke dalam rumah setiap penonton. Sebuah grup komedi yang pertama kali berhasil meramaikan layar televisi ini telah sukses menghibur masyarakat Indonesia selama beberapa puluhan tahun. Nama "Srimulat" diambil dari istri Teguh pada masa itu, yaitu Raden Ayu Srimulat.
Dalam perkembangan Srimulat, tak hanya menyaksikan kelucuan panggung mereka tetapi juga meresapi keunikan dan keberagaman dalam kelompok lawak ini. Pemahaman mendalam terhadap dinamika internal kelompok dan dampaknya terhadap seni komedi Indonesia. Pertama, aspek kreativitas dan humor Srimulat pada panggung memunculkan pertanyaan tentang bagaimana kelompok ini mampu menjaga daya tarik mereka di tengah perubahan selera penonton seiring waktu. Keberhasilan Srimulat menghadirkan komedi yang mencerminkan kehidupan sehari-hari menjadi salah satu daya tarik utama.
Selain itu, pada peran Raden Ayu Srimulat, istri Teguh, yang menjadi inspirasi nama kelompok. Keterlibatannya dalam dinamika grup dan peran istri dalam seni komedi mungkin menciptakan dimensi hubungan pribadi yang menarik. "Gema Malam Srimulat" memang menyajikan hiburan yang sangat menghibur bagi masyarakat di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Raden Ayu Srimulat, yang menjadi penyanyi utama, dengan cepat menjadi figur yang sangat dihormati. Puncak keberhasilan Srimulat dimulai pada tahun 80-an, ketika namanya mulai dikenal secara nasional. Salah satu momen penting adalah ketika mereka tampil di hadapan Presiden Soeharto dan mendapatkan kesempatan untuk tampil di TVRI.
Meskipun mengalami kemunduran dan sempat dinyatakan bubar pada tahun 1989, Srimulat berhasil menghidupkan kembali keberadaannya di industri hiburan sejak awal tahun 90-an. Dua perusahaan film Indonesia, MNC Pictures dan IDN Pictures, bekerja sama dalam pembuatan film "Srimulat: Hil yang Mustahal," untuk mengingat kembali komedi Srimulat pada zaman 80-an. Film yang disutradarai oleh Fajar Nugros ini berhasil membawa suasana segar dan memenuhi kerinduan para penggemar Srimulat. Meski demikian, suasana segar tersebut dihadirkan melalui peran para artis muda yang terkenal di Tanah Air.
Sutradara film ini mencoba menggabungkan kekuatan komedi dari Srimulat, film ini meciptakan suasana pada zaman 1980-an. Film ini lebih dominan menggunakan bahasa Jawa. Personel yang bernama Asmuni identik dengan pelesatannya "hil yang mushatal" (Bagasraga, 2023). Mungkin, judul film yang diadopsi dari cerita perjalanan Srimulat diambil dari personel yang bernama Asmuni, ini masih mungkin belum tentu benar.
Srimulat, sebagai grup lawak legendaris Indonesia, memiliki jejak digital dalam dunia seni pertunjukan di tanah air. Dalam karya-karya mereka, terutama dalam konteks komedi panggung, beberapa aspek menjadi fokus utama. Pertama, kekuatan mereka terletak pada kemampuan menyajikan komedi yang khas dengan unsur Jawa yang kuat. Srimulat berhasil memadukan humor tradisional dengan realitas sosial kontemporer, menciptakan sebuah persembahan yang tidak hanya mengundang tawa tetapi juga menginspirasi.
Meskipun perubahan dan perkembangan zaman telah berubah, sedikit banyaknya minat penonton terhadap pertunjukan Srimulat, tetapi ideologi yang mereka bawa tidak musnah dan tidak terhapus begitu saja. Srimulat dapat mengintegrasikan unsur-unsur baru tanpa kehilangan keunikan dan daya tarik komedinya menjadi batasan penting. Tidak dapat dipungkiri bahwa Srimulat telah memberikan kontribusi yang besar terhadap seni pertunjukan di Indonesia. Namun, membahas bagaimana Srimulat dapat bertransformasi ke dalam bentuk-bentuk hiburan modern, seperti media televisi dan digital, untuk tetap konsisten dan terus memukau penonton di era modern.