Mohon tunggu...
Sultan Sulaiman
Sultan Sulaiman Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Buruh Negara

Huruf-huruf yang tak pernah selesai/www.daengraja.com/sulaiman.putra@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kita dan Orang-orang yang Datang Kemudian

5 Februari 2015   16:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:47 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aduhai cepat segalanya berlalu. Masa kanak, remaja, saat-saat SMA dan kuliah telah tertinggal jauh. Kini, kita bertemu dengan masa-masa yang dulu diimaginasikan. Meski, mungkin banyak di antara kita yang mengecap kehidupan yang jauh dari kelezatan imagi masa lalu. Tapi, kita benar-benar berada di sini sekarang.

Lalu, cerita-cerita kita berkisar orang-orang yang datang kemudian. Istri atau suami, pacar, yang paling banyak tentang anak, karier, dan hal-hal lain yang kita geluti. Segalanya serasa menyiratkan penegasan, "Inilah Aku Kini".

Tentang masa lalu itu, di antara kita ada yang tak ingin mengumbarnya, entah terlalu pahit, atau sungguh manis ia cukup sebagai coretan. Namun, masa lalu akan selalu terintegrasi dengan kekinian, entah telah jadi apa kita sekarang. Di antara kita, pula banyak yang memilih tak acuh pada masa lalu, melangkah percaya diri sebab merasa  telah berbeda. Lumrah pernyataan ini dilontarkan "Aku bukan yang dulu lagi!"

Ya! Setiap kita tak pantas dipasung dengan masa lalunya, sebab kata Mario Teguh, masa depan bagi setiap kita tetaplah suci. Lalu, bagaimana dengan masa lalu yang begitu bening, namun kini empunya menapak di kekinian yang suram, berkarib kelam dan dunia hitam? Bagi sebagaian kita hal serupa itu juga tak terlalu dipermasalahkan, karena "Aku bukan yang dulu lagi!"

Orang-orang yang datang kemudian itu memang selalu mencuri perhatian kita. Obrolan kita, status facebook kita, tweet kita, tampak akan selalu berputar di wilayah itu. Gambar-gambar instagram selalu padat terupdate tentang mereka. Kita memang telah berkembang menjadi pribadi berbeda. Pribadi yang akan sungkan jika suatu saat bertemu dengan orang-orang yang pernah diakrabi di masa lalu.

Suatu Jumat, di Lapangan Sepak Bola tempat hajatan Pemerintah digelar. Saya bertemu seorang kawan yang dulu renyah bertegur sapa saat masih kuliah. Ya dulu, perjumpaan yang pertama setelah sejak lama, jelas membentang jarak psikologis, masing-masing merasa canggung, jadilah tegur sapa sekadarnya lalu memilih melayani perbincangan orang-orang yang diakrabi kemudian.

Pernah pula, di tengah bingar ibu kota, berusaha keluar dari riuh Soekarno Hatta, saya bertemu dengan seseorang. Pertemuan pertama sejak lama, kawan seorganisasi, bisa dikata teman dekat, sempat berbagi tempat tidur, termasuk bertukar isi perut. Ya, waktu telah membuat segala yang dekat jadi berjarak. Sang kawan, yang mengecap garangnya ibu kota hadir begitu berbeda. Pula saya, yang sejak purna strata satu dari almamater mencoba mengayun tapak pada tangga birokrasi. Segala sesuatu memang memungkinkan setiap kita tumbuh jadi pribadi berbeda. Namun masa lalu yang pernah mengukir ikatan tak mungkin diputuskan begitu saja, apalagi sampai dibumihanguskan, lalu lenyap!

Cerita tentang orang-orang yang datang kemudian, sering membuat kita lelap, kita menjadi begitu peduli dengan orang-orang ini lalu memilih abai pada mereka yang pernah datang di masa lalu: orang-orang yang pernah menemani masa-masa sulit kita, berbagi air mata, berbagi derita pada sepiring nasi yang berlauk tempe dengan sedikit kecap. Berbagi uang bulanan meski si-empunya masih butuh tapi memilih menyerahkan sebagian kepada kita karena dianggapnya kawan dekat, senasib sepenanggungan. Bagi yang masih memelihara bening di telaga hatinya, tiadalah mungkin mudah melupakan semuanya.

Hari-hari ini, dan hari-hari di masa nanti yang kelak akan kita lalui, meski banyak bercerita tentang orang-orang yang datang kemudian, tapi tetaplah ia akan selalu berpijak pada masa lalu, bening atau keruh, putih atau hitam, cerah atau mendung, bahagia atau luka. Semoga selalu, pilihan pada suara nurani menuntun langkah kita selalu. lalu kembali kita bertemu dengan orang-orang di masa lalu yang telah melukis banyak warna di kanvas kehidupan kita!

Silakan disimak pula:

Wajah-wajah di Bandara

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun