Badan Gizi Nasional sebagai lembaga yang ditunjuk untuk mengelola program peningkatan kualitas gizi berwenang penuh dalam mengelola semua anggaran program MBG. Sebagai pengelola anggaran, Badan Gizi dengan sendirinya menjadi aktor yang memainkan peran offtaker dari program MBG.Â
Badan Gizi akan membeli semua kebutuhan pangan melalui unit pelayanan yang ada. Sebaliknya, para petani, nelayan dan peternak ditantang untuk konsisten dalam menyediakan bahan pangan lokal bergizi yang dibutuhkan Badan Gizi Nasional untuk menyukseskan program MBG.
Ciptakan Gaya Hidup Sehat
Proyeksi peran Badan Gizi Nasional untuk jangka panjang adalah menciptakan gaya hidup sehat kepada seluruh masyarakat Indonesia melalui program-program strategis dan intervensi gizi yang berkelanjutan. Langkah pertama yang dilakukan melalui program MBG ini merupakan tangga pertama yang menyasar anak-anak sekolah.Â
Tujuannya adalah memberikan anak-anak usia sekolah ini agar bisa mendapatkan akses makanan bergizi yang sama. Caranya adalah dengan melakukan intervensi gizi secara masif melalui sekolah-sekolah sehingga setiap anak itu bisa mendapatkan gizi yang sama.
Untuk mengontrol dan mengukur kadar gizi, Badan Gizi Nasional akan menempatkan tenaga ahli gizi di setiap unit pelayanan untuk menyusun dan mengatur komposisi yang akan menjadi menu makanan bergizi anak sesuai dengan selera lokal.Â
Para ahli gizi inilah yang akan menetapkan standar komposisi gizi berdasarkan kekhasan pangan lokal di daerahnya masing-masing. Artinya, kandungan gizi harus disesuaikan dengan standar gizi yang sudah ditetapkan oleh Badan Gizi Nasional agar nilai dan kualitas gizi yang akan didapatkan oleh anak-anak relatif sama. Namun, isi atau komposisi makanannya sangat tergantung pada karakteristik daerah, sumber daya lokal, dan kesukaan daerah.
Sebagai contoh, anak-anak di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat lebih suka makan daging ayam daripada ikan. Kalau ikan, mereka harus lihat ikannya itu digoreng seperti yang digoreng oleh ibunya di rumah. Mereka harus melihat ibunya menggoreng ikan, dan cita rasanya pun harus sama seperti yang diracik oleh ibunya.Â
Tugas ahli gizi di sini adalah membuat kajian yang bersifat lokal untuk menemuka formulasi masakan yang tepat sehingga makanannya bisa diterima oleh semua anak dan cocok untuk lidah masing-masing anak di daerah tersebut.
Contoh di Sukabumi tersebut memberikan pelajaran bahwa soal rasa akan disesuaikan dengan selera masing-masing. Pendekatan ini akan diterapkan untuk semua anak di seluruh Indonesia sesuai dengan kekhasan pangan lokal daerah mereka. Misalnya di Maluku dan Maluku Utara.Â
Anak-anak di sana sudah terbiasa dengan ikan sehingga sangat senang dengan ikan. Menu untuk anak-anak di sini sudah pasti ikan yang akan dominan.Â