Buat kalian yang masih suka koleksi mainan miniatur, hobi ini bisa menjadi inspirasi untuk membuat konten tulisan, yaitu visual storytelling. Kok bisa? Bisa dong, karena keterampilan menulisnya sudah punya. Keterampilan ini sangat membantu dalam membuat tema atau konsep storytelling yang elemen visualnya menggunakan mainan-mainan miniatur yang ada.
Apakah ada kriteria tertentu dari mainan yang bisa dijadikan sebagai elemen visual dari sebuah storytelling?
Tidak ada! Bebas memilih mainan apa saja. Mau modelnya binatang, mobil, pesawat, orang, rumah, atau apa saja. Materialnya bisa dari plastik, kertas, atau besi dan enamel. Semuanya bisa dijadikan elemen untuk membangun storytelling yang menarik.Â
Kunci dari visual storytelling ini bukan pada mainannya, tetapi imajinasi. Semakin unik imajinasinya, konsep storytelling-nya pun pasti menarik. Hasilnya, sebuah artikel yang menghibur, inspiratif, dan menarik.
Imajinasi Adalah Kunci
Kunci utama dari sebuah visual storytelling yang menarik adalah imajinasi penulisnya. Imajinasi sangat penting dalam menginspirasi dan mendorong lahirnya artikel yang punya kekuatan bertutur dengan makna yang mendalam. Imajinasi adalah medium untuk menginterpretasi teks sekaligus merangsang visualisasi teks di dalam otak manusia. Karena itulah, Albert Einstein sangat memuji kekuatan imajinasi dalam memvisualkan sains daripada pengetahuan dan nalar.
Menurut ilmuwan dunia abad XX tersebut, "imajinasi lebih berharga daripada pengetahuan. Pengetahuan terbatas, sedangkan imajinasi seluas langit dan bumi. Nalar hanya akan membawa Anda dari A menuju ke B. Namun imajinasi bisa membawa Anda dari A ke mana pun."
Baca juga:Â Bagaimana Albert Einstein Memanfaatkan Waktu Luangnya?
Dalam konteks storytelling, imajinasi menjadi medium untuk menginterpretasi cerita. Storytelling merangsang imajinasi untuk visualkan cerita. Story atau cerita sendiri adalah narasi yang hendak disampaikan penulis kepada pembaca yang selalu berawal dari ide atau gagasan.Â
Ide akan membantu penulis melahirkan konsep cerita lebih mudah sehingga memungkinkannya untuk melakukan riset terkait elemen cerita, mengidentifikasi komponen visual pendukung, melakukan lay out mainan, hingga membuat storyboard sebagai pedoman dalam menghasilkan visual yang selaras dengan ide penulisan.