Dengan kondisi fisik yang terbatas, potensi lansia untuk kehilangan fokus dan konsntrasi kerja semakin besar. Pertambahan usia pada manusia akan terus-menerus mengurangi kemampuan untuk tetap fokus atau berkonsentrasi dalam waktu yang lama. Potensi untuk kehilangan fokus atau konsentrasi ini justru paling besar akan terjadi pada lansia.
Struktur berpikir dalam bekerja yang sudah mapan dalam diri lansia membuat mereka akan resisten terhadap perubahan. Beberapa lansia bisa saja kurang nyaman dengan perubahan organisasi atau praktik kerja baru karena mereka cenderung terbiasa dengan cara kerja yang sudah mapan.
Perusahaan sebetulnya bisa memanfaatkan lansia sebagai aset berharga dari pengalaman, kemampuan problem solving, dan stabilitas emosional meskipun tantangan yang akan dihadapi para lansia di tempat kerja cukup kompleks juga. Â Adopsi lingkungan kerja yang inklusif dan adaptasi tugas yang sesuai dapat membantu para lansia tetap produktif dan berkontribusi secara maksimal di tempat kerja.
Presiden Direktur Boga Group Kusnadi Raharja mengatakan, saat ini banyak industri yang enggan merekrut lansia. Padahal, banyak lansia yang kompeten dan berpengalaman.
"Dan mereka masih ingin aktif berkarya, kita lihat di Singapura sebesar 31,5 persen lansia masih aktif bekerja, di Hong Kong lebih dari 153 lansia masih aktif berkarya," kata Kusnadi dalam sebuah video di posting melalui akun Instagram resmi @bogagroup_id, Minggu (21/4/2024).
Boga Group membuka lowongan kerja bagi kelompok usia 60 tahun ke atas untuk posisi "Server" yaitu mereka yang bertugas menerima pesanan hingga menyajikan hidangan dengan penuh seyuman. Lowongan ini diharapkan dapat membuat lansia dapat tetap aktif berkarya dan berpenghasilan, sekaligus bisa menjadi inspirasi bagi banyak perusahaan untuk membuka kesempatan bagi lansia untuk berkarya (KompasTV, 23/4/2024).
Selama ini sistem perekrutan pekerja atau karyawan masih didominasi pada seleksi sumber daya manusia berusia muda, tepatnya di bawah 30 tahun. Usia ini dianggap sebagai usia awal memasuki dunia kerja setelah menyelesaikan pendidikan jenjang Strata satu atau sarjana S1. Jangankan untuk lansia, kebanyakan perusahaan enggan juga merekrut mereka yang sudah berusia 30 tahun ke atas.
Melihat tren perekrutan karyawan baru tersebut, semua perusahaan hanya menginginkan karyawan muda yang masih segar, sudah memiliki kompetensi dasar dan soft skill yang memadai untuk bekerja, dan berorientasi kerja lalu mendapatkan gaji yang layak. Perusahaan enggan merekrut karyawan yang sudah tua karena khawatir sudah terkontaminasi dengan orientasi yang berbeda dengan kepentingan perusahaan.
Karena itulah, meskipun para lansia ini dianggap memiliki kompetensi kerja yang mumpuni banyak perusahaan enggan untuk merekrut kembali karena sudah terkontaminasi dengan berbagai pemikiran, kepentingan, dan orientasi kerja. Alih-alih produktif, kehadiran karyawan lansia malah dianggap menjadi sumber permasalahan baru dalam perusahaan.