Inilah Perbedaan Antara Silaturahmi dengan Halal Bihalal Sebagai Tradisi Lebaran di Indonesia
Oleh: Sultani
Momen terbaik setelah Idul Fitri adalah silaturahmi untuk saling memaafkan dengan bersalam-salaman. Sesama muslim ketika bertemu akan saling meminta maaf dan memberikan maaf sambil bersalaman dengan orang tua, saudara, kerabat, dan tetangga. Tempatnya bisa di mana saja, akan tetapi lebih afdal jika dilakukan di masjid atau di rumah.
Di dalam momentum silaturahmi ini masih ada satu kebiasaan yang sudah berkembang menjadi tradisi umat Islam di Indonesia, yakni halal bihalal. Secara etimologis, halal bihalal ini berasal dari kata "Halla atau Halala" dalam bahasa Arab yang mempunyai banyak arti sesuai dengan konteks kalimatnya, antara lain: penyelesaian problem (kesulitan), meluruskan benang kusut, mencairkan yang beku, atau melepaskan ikatan yang membelenggu.
Baca juga:
Idul Fitri 2024: Saatnya Rekonsiliasi, Sudahi Amarah dan Kebencian
Dalam konteks tradisi Idul Fitri di Indonesia, makna halal bihalal mengerucut pada tradisi bermaaf-maafan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), halal bihalal diartikan sebagai maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang yang merupakan suatu kebiasaan khas Indonesia.
Secara pintas, baik silaturahmi mau pun halal bihalal mengadopsi prinsip untuk menyucikan diri kembali dengan cara saling memaafkan satu dengan yang lain setelah berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadan. Bermaaf-maafan dan bersalam-salaman merupakan tema besar yang menyamakan makna silaturahmi dan halal bihalal.
Meskipun silaturahmi dan halal bihalal ini mengusung tema yang sama setelah lebaran, kedua istilah ini memiliki perbedaan yang unik dalam sejarah bahasa dan perkembangan tradisinya. Yuk, baca perbedaan-perbedaan antara silaturahmi dan halal bihalal berikut ini agar kalian bisa mengerti penerapannya ketika lebaran nanti.