Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kenangan Quick Count 2014: Mengawal Suara Rakyat

21 Februari 2024   23:38 Diperbarui: 5 Maret 2024   16:18 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Briefing terakhir sebelum interviewer mendatangi TPS pada H-1 Pemilu (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kenangan Quick Count  2014: Mengawal Suara Rakyat

Oleh: Sultani

Mumpung pembicaraan tentang quick count dengan segala kontroversi dan pro-kontra obyektivitasnya masih hangat, Saya ingin berbagi  cerita tentang pengalaman dalam proses merancang agenda quick count mulai dari hulu, yaitu menentukan sampel, hingga ke hilirnya, yaitu publikasi di layar kaca.  Cerita ini Saya tulis berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaan quick count tahun 2014 di bawah bendera Litbang Kompas.

Artikel cerita ini akan Saya susun dalam beberapa serial tematis yang saling terkait satu sama lain. Serial cerita akan dikonstruksi berdasarkan tahapan agenda secara berurutan agar pembaca bisa memiliki gambaran yang utuh tentang konsep dan aplikasi quick count di lapangan. Saya sadar, kemunculan quick count dalam setiap penyelenggaraan kontestasi politik selalu menjadi dilema bagi penyelenggara karena kerap dituduh berpihak kepada kandidat yang menang.

Quick count sudah menjadi agenda rutin Litbang Kompas dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Debut Litbang Kompas dalam quick count adalah Pilkada DKI Jakarta tahun 2007. Sukses dengan quick count Pemilihan Gubernur DKI, tahun 2008 Litbang Kompas mengadakan lagi dua quick count untuk Pilgub Jawa Barat dan Jawa Timur. Sukses dengan quick count di tiga provinsi ini lalu mengantarkan Litbang Kompas untuk terlibat terus hingga quick count 2024. Saya terlibat secara langsung dalam quick count Pilgub DKI tahun 2007, 2012, 2017, quick count Pilgub Jawa Barat dan Jawa Timur tahun 2008, dan quick count Pilpres tahun 2014.  

Quick count adalah sebuah metode sampling yang kerap digunakan untuk menghitung perolehan suara secara random untuk memprediksi calon pemenang pemilu atau pilpres. Metode ini terbilang ampuh karena memiliki tingkat akurasi yang tinggi dalam memprediksi kemenangan. Quick count selalu menjadi rujukan bagi semua kandidat pemilu untuk memastikan peluang mereka sebagai pemenang.

Karena itulah quick count selalu menjadi konten yang seksi bagi setiap stasiun televisi untuk ditayangkan sebagai agenda atau program utama. Tidak heran, quick count pun menjadi program yang dinanti oleh seluruh elite politik, kandidat dan pendukungnya, serta seluruh rakyat Indonesia. Fenomena ini sangat terasa ketika musim pilkada dan pilpres seperti sekarang, dimana quick count begitu populer menjadi konten rujukan untuk memastikan kemenangan jagoannya.

Meskipun quick count ini sudah populer karena selalu ditampilkan sebagai program talk show semua stasiun televisi swasta, podcast, dan media sosial namun tidak semua orang tahu bagaimana mendesainnya, teknik mengumpulkan data di lapangan, hingga pengolahannya. Selama ini masyarakat hanya disuguhkan pada bagian publikasinya saja, sementara dapur untuk meracik dan mengolah datanya sering alpa dari pengamatan masyarakat.

Quick Count biasa didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan data hasil pemilu di TPS yang dilakukan secara acak dengan teknik sampling tertentu untuk memprediksi hasil pemilu lebih cepat dan akurat. Untuk memenuhi syarat ilmiah dari quick count, penyelenggara kegiatan ini harus mematuhi kaidah survei yang mencakup metodologi penelitian. Salah satu tahapan metodologi yang krusial dalam survei ini adalah penentuan sampel dan teknik penarikan sampel (sampling) yang jitu sehingga hasilnya benar-benar akurat untuk menggambarkan pilihan seluruh pemilih di Indonesia.

Fenomena quick count dalam Pemilu di Indonesia muncul bersamaan dengan gerakan reformasi di Indonesia tahun 1998. Quick count merupakan bentuk aktualisasi demokrasi berupa keterlibatan rakyat dalam mengawal terbentuknya negara yang demokratis melalui pemilihan umum. Melalui quick count rakyat dapat mengontrol secara langsung kualitas pelaksanaan pemilu melalui metode hitung cepat. Pemilu 1999 sebagai pemilu demokratis pertama dalam era reformasi, menjadi ajang sejumlah lembag survei seperti LP3ES mengadakan quick count untuk memprediksi partai pemenang pemilu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun