Mohon tunggu...
Sultan Syahrir
Sultan Syahrir Mohon Tunggu... -

Warga negara Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apakah Manusia yang Percaya Tuhan Membutuhkan Agama?

22 September 2014   18:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:56 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep ketuhanan telah menjadi bahan diskusi yang hampir tidak berkesudahan. Setiap peradaban, kelompok masyarakat  maupun kelompok kepercayaan tertentu dapat memaknai arti Tuhan menurut interpretasi mereka masing - masing sesuai keadaan jaman, lingkungan dan tingkat pengetahuan mereka. Perbedaan interpretasi tersebut tentu saja juga melahirkan perbedaan dalam penamaan Tuhan itu sendiri.

Walaupun terdapat sejumlah perbedaan dalam memaknai konsep ketuhanan tersebut, namun secara umum konsep ketuhanan yang berlaku universal adalah bahwa yang disebut dan diyakini sebagai Tuhan, Allah, God atau apapun penamaannya adalah Dzat yang memiliki kuasa, kekuasaan dan atau menundukkan terhadap yang lain selain dirt - Nya, terlepas dari apakah Dzat tersebut yang menciptakan,  memelihara dan atau yang membinasakan kehidupan.

Manusia yang percaya akan adanya Tuhan memiliki makna bahwa manusia tersebut percaya akan adanya kekuatan yang menguasai dirinya, hidupnya, lingkungannya dan semestanya.  Kekuatan tersebut bisa hadir dalam berbagai bentuk baik yang berwujud maupun tidak berwujud.  Satu hal yang pasti, kekuatan tersebut memiliki kuasa dan keberadaan di luar kemampuan manusia tersebut.  Percaya pada Tuhan juga berarti takut akan kekuatan dan kekuasaan - Nya.  Dengan keadaan tersebut maka manusia dengan kesadarannya sendiri akan mematuhi perintah Tuhan dan takut akan kemarahan-Nya.

Dalam rangka untuk menyenangkan Tuhan dan menghindari amarah-Nya, maka manusia berusaha untuk menjalankan perintah - Nya dan menjauhi larangan-Nya.  Manusia kemudian bersikap, bertingkah laku dan melakukan hal-hal seremonial yang mereka yakini sebagai perintah-Nya. Cara bersikap, bertingkah laku dan hal-hal seremonial diatas diwadahi dalam bentuk konsep agama.

Agama secara etimologi berasal dari dua kata, yaitu kata A yang berarti tidak dan kata gama yang berarti pergi. Secara umum agama diartikan sebagai hal yang tetap, tidak pergi, tidak berubah dan diwariskan.  Dalam salah satu agama yaitu Islam, agama atau Din artinya menguasai,  menundukkan, patuh, hutang,  balasan, kebiasaan. Agama dijadikan manusia sebagai wadah dan atau alat untuk mencapai ridho Tuhan. Agama sendiri memiliki unsur kepercayaan kepada Tuhan, rasul,  kitab suci, hari kemudian, adanya penyerahan diri dan adanya rentetan sejarah. Melalui wahana agama inilah manusia yang percaya akan adanya Tuhan beserta kekuasaan dan Kekuatan - Nya, berusaha untuk menyembah, menyenangkan dan menghindari amarah-Nya.

Dari rangkaian tulisan diatas dapat kita katakan bahwa manusia yang percaya akan keberadaan Tuhan beserta kekuasaan dan Kekuatan - Nya berusaha untuk menyembah Tuhan melalui sikap, tingkah laku dan atau hal-hal seremonial yang diatur didalami agama sebagai wahana. Dengan kata lain manusia yang percaya Tuhan akan membutuhkan dan menjalankan agama apapun bentuk agama itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun