Mohon tunggu...
Mochammad Ali Shodiqin
Mochammad Ali Shodiqin Mohon Tunggu... -

Pujangga Goa Selarong

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Misteri Kitab Tua Muhammadiyah

26 April 2015   15:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:40 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14300367461219799691

Misteri Kitab Tua Muhammadiyah Banyak orang bilang saya mencari naas saat bukunya berjudul Muhammadiyah itu NU! Tapi benarkah di judul itu letak kehebohannya? Bukan. Judul itu memang menghebohkan, tapi yang lebih menghebohkan adalah pengungkapan keberadaan kitab tua Muhammadiyah yang selama 90-an tahun seolah terlupakan secara misterius. Dan, buku Muhammadiyah itu NU! menyajikan kitab itu secara gamblang disertai berbagai keterangan pendukung. Itulah masalah utamanya, yaitu misteri kitab tua Muhammadiyah yang ternyata isinya berseberangan dengan amalan Muhammadiyah masa kini. Tapi orang kebanyakan merasa punya alasan untuk menghebohkan diri setelah tahu judulnya sangat panas, yaitu Muhammadiyah itu NU! Mereka tidak senang dengan tuduhan berbau SARA itu. Rasa setianya dengan organisasi terkoyak, hingga pengungkapan kebenaran sejarah kitab tua itu tidak membuat mereka bahagia, melainkan sebaliknya jadi resah. Saya menyadari keadaan itu. Dan awalnya tentu tidak demikian judulnya. Judul awalnya yang asli dari saya adalah: "Fiqih Muhammadiyah 1924 dan perubahannya di masa kini." Judul itu saya tetapkan sejak tahun 2009, saat pertama saya mendapatkan dokumen keagamaan kuno yaitu Kitab Fiqih Jilid ke-3 Muhammadiyah Bagian Taman Pustaka. Tapi judul adalah masalah bisnis. Ibarat bisnis kuliner, judul yang sangat sopan itu pastilah terlalu manis dan terasa kurang pedas dan kurang garam. Sebab apa? Kitab fiqih Muhammadiyah 1924 yang saya ulas itu isinya mengejutkan. Sebab sama dengan fiqih NU. Kiai yang memberi Kitab Fiqih Muhammadiyah 1924 itu bilang sama persis. Ya sama, alias persis dengan fiqih NU, baik NU dulu maupun sekarang (2014). Sampul Kitab Fiqih Muhammadiyah Jilid 3 tahun 1924 Kitab berhuruf Arab Jawi alias Pegon itu berbahasa Jawa. Tebalnya hanya 80 halaman. Tipis. Isinya hampir sama dengan Kitab Safinatun Najah maupun Sulam Taufiq, yang biasa diajarkan pesantren sejak lama. Kitab itu saya tulis ulang dengan huruf Arab memakai komputer. Kebetulan kitab itu tidak menggunakan huruf Pegon komplit. Artinya, huruf "c" tidak ditulis dengan "jim" titik tiga, tapi hanya "jim" titik satu biasa. Huruf "ny" tidak ditulis dengan "ya" titik tiga, tapi dengan "ya" titik dua biasa. Huruf "ng" tidak "ain" titik tiga, tapi "ain" biasa. Dengan demikian komputer berprogram MS Word biasa bisa menulisnya dengan mudah. Saya telah meneliti dan memperbaiki salinan tulisan saya dengan seksama dan berkali-kali hingga salinan itu sesuai dengan kitab aslinya. Tidak ada pengurangan maupun penambahan. Kalaupun kitab itu ada yang janggal maka saya berikan tanda dan catatan serta perbaikan di buku. Setelah itu, kitab saya alih aksarakan dari Arab Jawi ke aksara Latin, namun dengan tetap menggunakan bahasa Jawa sesuai aslinya. Baru setelah itu saya alih bahasakan menjadi bahasa Indonesia. Setelah itu isi kitab saya kaji, dari mulai bab bersuci, bab sholat, hingga bab jenazah. Dan dari sinilah saya lakukan perbandingan ajaran fiqih antara yang ada di Kitab Muhammadiyah 1924 itu dengan kitab-kitab Muhammadiyah terbaru, khususnya HPT (Himpunan Putusan Tarjih) dan TJA (Tanya Jawab Agama). Saya tuliskan setidaknya ada 35 temuan perubahan. Saya tuliskan uraian yang cukup atas tiap perubahannya. Tapi bukan hanya sampai di situ. Saya pun bertindak lebih jauh. Mengupas sebab-sebab perubahan. Mengulas keadaan sosial politik saat perubahan terjadi, baik secara nasional maupun dunia. Lalu menuliskan kepentingan apa yang menumpangi. Nah, dengan itu maka tepatlah kalau buku diberikan judul sederhana, Fiqih Muhammadiyah 1924 dan perubahannya di masa kini. Biarlah judulnya tidak pedas tidak mengapa yang penting enak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun