Penjelasan:
1.Menunjukkan Kemampuan untuk Menghasilkan Pendapatan
Semakin banyak aktiva yang dimiliki perusahaan, semakin banyak sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan pendapatan. Misalnya, dengan memiliki lebih banyak mesin, gedung, atau perangkat keras, perusahaan bisa meningkatkan kapasitas produksinya dan, pada gilirannya, meningkatkan pendapatan.
Contoh: Sebuah perusahaan manufaktur dengan banyak mesin dan fasilitas pabrik dapat memproduksi lebih banyak barang dalam waktu yang lebih singkat, sehingga meningkatkan pendapatan dan laba.
2.Meningkatkan Daya Saing
Perusahaan yang memiliki aktiva lebih banyak, seperti tanah, bangunan, atau teknologi canggih, bisa memiliki keunggulan kompetitif dalam industri. Memiliki aktiva yang lebih bernilai dapat memberikan kekuatan lebih dalam menghadapi persaingan atau memanfaatkan peluang pasar yang lebih besar.
Contoh: Sebuah perusahaan teknologi yang memiliki banyak paten dan hak cipta (aktiva tak berwujud) memiliki keunggulan dalam pengembangan produk baru dan dapat mendominasi pasar.
3.Meningkatkan Kepercayaan Investor dan Kreditur
Banyaknya aktiva yang dimiliki perusahaan juga dapat meningkatkan kepercayaan investor dan kreditur. Mereka melihat bahwa perusahaan memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Ini bisa mempermudah akses terhadap pendanaan atau investasi di masa depan.
Contoh: Sebuah perusahaan dengan banyak tanah dan bangunan bisa lebih mudah mendapatkan pinjaman dari bank karena bank melihat nilai jaminan yang lebih besar dan risiko yang lebih kecil.
4.Meningkatkan Kemampuan untuk Menghadapi Risiko
Memiliki banyak aktiva memungkinkan perusahaan untuk memiliki cadangan atau buffer yang dapat digunakan untuk menghadapi situasi darurat atau ketidakpastian pasar. Ini juga memberi perusahaan lebih banyak fleksibilitas untuk melakukan ekspansi atau investasi baru.
Contoh: Perusahaan ritel dengan banyak toko dan pusat distribusi dapat lebih mudah bertahan ketika terjadi penurunan penjualan atau krisis ekonomi karena mereka memiliki aset yang bisa dimanfaatkan atau dijual.
Tapi, Ada Catatannya...
Tidak semua aktiva memiliki nilai yang sama. Meskipun jumlah aktiva lebih banyak bisa terlihat baik, yang lebih penting adalah kualitas dan pengelolaan aktiva tersebut. Misalnya, memiliki banyak persediaan barang yang tidak laku atau piutang yang macet bisa berisiko, meskipun total aktiva perusahaan tinggi.
Contoh: Perusahaan yang memiliki banyak persediaan barang yang sudah usang atau tidak terjual mungkin akan kesulitan memperoleh uang tunai, meskipun jumlah total aktiva mereka tinggi.
Risiko dari Kewajiban Lancar, Kewajiban Jangka Panjang, Kewajiban Lain-lain, dan Utang yang Didistribusikan
Setiap kewajiban atau utang yang dimiliki oleh perusahaan membawa risiko tertentu. Masing-masing jenis kewajiban (kewajiban lancar, kewajiban jangka panjang, kewajiban lain-lain, dan utang yang didistribusikan) memiliki karakteristik risiko yang berbeda, yang dapat mempengaruhi kesehatan finansial perusahaan. Mari kita bahas satu per satu.
1. Kewajiban Lancar (Short-term Liabilities)
Definisi:
Kewajiban lancar adalah utang atau kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Contoh utang lancar termasuk utang dagang, pinjaman jangka pendek, dan kewajiban biaya lainnya yang jatuh tempo dalam waktu dekat.
Risiko:
*Kesulitan Likuiditas: Jika kewajiban lancar terlalu besar dibandingkan dengan kas dan aset lancar perusahaan, maka perusahaan mungkin kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Hal ini bisa menyebabkan krisis likuiditas, di mana perusahaan tidak memiliki cukup uang tunai untuk membayar utangnya tepat waktu.
Contoh: Perusahaan retail dengan banyak utang dagang (kewajiban lancar) yang harus dibayar dalam 3 bulan, sementara kas mereka terbatas dan tidak ada aset yang dapat dengan cepat diuangkan.
*Risiko Kegagalan Operasional: Perusahaan yang tidak dapat membayar kewajiban lancarnya tepat waktu bisa menghadapi gangguan operasional karena pemasok atau kreditor menghentikan pasokan barang atau jasa.
2. Kewajiban Jangka Panjang (Long-term Liabilities)