Mohon tunggu...
SULMAN
SULMAN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memuat informasi terkait Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemerintah Buta Akan Keadilan Sosial:Potret Nestapa Meang di Tengah Janji Pembangunan.

21 Januari 2025   21:54 Diperbarui: 21 Januari 2025   21:54 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Seorang ibu yang hendak melahirkan dibopong menggunakan tandu

Ketika pembangunan di negeri ini diklaim sebagai prioritas, ada kenyataan pahit yang harus diterima oleh sebagian masyarakat. Di salah satu pelosok, seorang ibu yang hendak melahirkan harus dibopong menggunakan tandu kain karena jalan rusak parah. Kejadian ini pernah terjadi beberapa waktu yang lalu ibu melahirkan di jalan yang curam sehingga mengakibatkan meninggalnya putra sang ibuk di desa dan Dusun yang sama

Peristiwa ini bukan sekadar cerita biasa, tetapi sebuah gambaran nyata tentang minimnya perhatian terhadap infrastruktur dasar di wilayah terpencil.

Bayangkan, dalam kondisi genting yang membutuhkan penanganan cepat, keluarga dan warga sekitar harus berjuang melawan waktu dan medan yang tak bersahabat. Jalan penuh lubang, berlumpur, dan sulit dilalui kendaraan menjadi tantangan berat yang tak seharusnya terjadi. Tragisnya, di tengah ancaman bagi keselamatan ibu dan bayi, mereka masih harus berjibaku dengan realitas bahwa akses kesehatan yang layak belum menyentuh semua lapisan masyarakat.

Jalan rusak bukan hanya soal ketidaknyamanan, tetapi soal kehidupan. Ketika akses vital seperti ini terabaikan, kita harus bertanya, sejauh mana prioritas pemerintah dalam memastikan pemerataan pembangunan? Di mana tanggung jawab mereka yang selama ini berkoar tentang pembangunan dari pinggiran? Apa arti kemajuan jika masyarakat di daerah terpencil masih hidup dalam kondisi yang jauh dari layak?

Setiap janji pembangunan harus berpihak pada rakyat, bukan hanya angka di atas kertas atau proyek yang hanya menyentuh daerah perkotaan. Wilayah pedesaan yang sering kali menjadi kantong-kantong kemiskinan harus menjadi perhatian utama. Sebab, pembangunan bukan soal infrastruktur megah di pusat kota, tetapi tentang memastikan setiap sudut negeri mendapatkan hak yang sama untuk hidup dengan bermartabat.

Pemerintah tidak bisa lagi menutup mata terhadap kondisi ini. Jalan rusak yang menghambat akses kesehatan adalah persoalan serius yang berdampak langsung pada keselamatan nyawa. Jika infrastruktur dasar tidak diperbaiki, maka masyarakat akan terus menjadi korban, terjebak dalam lingkaran keterbatasan yang seharusnya bisa diputus.

Kisah ibu yang melahirkan dengan tandu kain ini harus menjadi momentum bagi pemerintah untuk bertindak. Perbaikan infrastruktur tidak bisa ditunda lagi. Jalan-jalan yang menghubungkan pedesaan dengan fasilitas kesehatan harus menjadi prioritas utama, bukan sekadar janji kosong. Lebih dari itu, diperlukan kebijakan yang berpihak kepada masyarakat kecil, bukan hanya proyek yang berorientasi pada kepentingan politik semata.

Pembangunan adalah hak semua rakyat, bukan hak istimewa segelintir orang. Saatnya pemerintah membuktikan bahwa mereka hadir untuk melayani, bukan hanya berjanji. Jika pemerintah benar-benar peduli, maka kisah-kisah seperti ini tidak akan lagi terdengar di masa depan. Hingga saat itu tiba, kita harus terus bersuara, mendesak perubahan, dan memastikan bahwa setiap sudut negeri ini mendapat perhatian yang layak. Karena di balik setiap jalan rusak, ada harapan yang tak boleh dibiarkan pudar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun