Mohon tunggu...
Dwi Sulisworo
Dwi Sulisworo Mohon Tunggu... -

National Policy Institute\r\nJl. Kapas no. 9 Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Si Gelem dan Si Emoh

23 Maret 2014   13:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:36 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Judul tersebut merupakan judul sebuah cerpen anak yang sudah lama sekali kami baca. Munngkin lebih dari 30 tahun lalu yang termuat disebuah majalah atau koran lokal. Kami tidak ingat. Cerpen itu menceritakan tentang dua anak dengan nama Gelem yang dalam bahasa Jawa berarti mau dan Emoh yang artinya tidak mau. Dalam cerita itu si Gelem jika disuruh apapun dan diminta bantuan selalu mengatakan gelem. Sebaliknya si Emoh selalu menolak untuk diminta bantuan. Singkat cerita si Gelem dari waktu ke waktu semakin meningkat peruntungannya dan sebaliknya si Emoh.

Cerita ini memang sangat disederhanakan karena untuk bacaan anak. Bagi kita orang dewasa tentu akan bertanya disuruh bantu apa dulu. Apakah sesuatu yang baik atau yang buruk. Itu karena kita sudah banyak memiliki wawasan. Cerita itu selalu teringat begitu saja dalam diri kami. Tanpa ada keinginan untuk mengingat, namun sudah melekat sampai sekarang.

Apa makna yang dapat kita ambil? Sesungguhnya banyak hal yang kita alami pada masa kecil yang katanya merupakan golden age-usia emas akan menjadi cetak biru cara berfikir, bertindak kita. Usia anak-anak demikian cepat menangkap pengatahuan baik dan buruk dari lingkungan dan menginternasilisasi dalam diri mereka. Dapat dibayangkan hasil ke depan antara anak-anak yang disediakan lingkungan yang baik dengan yang tidak. Hal ini yang akan juga mempengaruhi wajah masa depan bangsa Indonesia.

Tidak terlalu mahal sesungguhnya dalam memberikan lingkungan tumbuh kembang yang baik. Yang paling utama adalah dengan memberikan contoh bahwa kita juga berbuat baik. Kata-kata yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata yang baik, kata-kata yang penuh apresiasi, kata-kata yang memberikan motivasi. Pilihlah menggunakan kata-kata positif dibanding negatif. Lebih baik mengatakan 'berhati-hatilah' dari pada mengatakan 'jangan panjat pohon, nanti jatuh'. 'rajin lah' dari pada 'jangan malas'. 'berani lah' dari pada 'jangan malu'. Dan pilihan kata lain.

Dapat juga kita sediakan anak-anak dengan buku-buku bacaan ringan yang berisi tentang budi pekerti. Hal ini yang sekarang juga sangat jarang ditemui. Bacaan-bacaan yang ditemui memang semakin banyak dan beragam, namun semakin sedikit untuk budi pekerti. Game-game yang ada dalam setiap gadget yang dipegang anak setiap hari juga belum secara cukup memberikan lingkungan tumbuh kembang anak yang baik.

Dari mana kita harus mulai? Dari sekarang dan dari diri kita. Mencoba dan terus berusaha untuk memberikan contoh yang baik pada lingkungan terdekat yang kita dapat memberikan pengaruh akan menjadi jalan bagi perubahan dan pembentukan generasi yang lebih baik. Generasi yang dapat membawa kesejahteraan bagi umat manusia. Kesejahteraan yang diukur dalam aspek-aspek  non material lebih dari aspek-aspek material.

Mulai dari sekarang kita jadikan diri kita pelopor pendidikan yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun