Mohon tunggu...
Sulistyawan Dibyo Suwarno
Sulistyawan Dibyo Suwarno Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

citizen jurnalis yang berkantor di rumah

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pengalaman Pertama " Ditodong " di Thailand !

11 September 2013   18:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:02 2546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1378897947792288336

[caption id="attachment_265300" align="aligncenter" width="600" caption="Atraksi Gajah di Desa Wisata Nong Noch Village Thailand"][/caption] Ini Pengalaman mengejutkan selama saya berkunjung ke Thailand. Sebuah peristiwa yang mungkin tak akan pernah dapat saya lupakan, ketika selama 4 hari saya berada di Thailand. Karena baru pertama kali ke Thailand, saya nyaris tak punya  gambaran sama sekali terhadap  kondisi objek wisata di Thailand. Karena itu saya pasrah saja ketika pemandu saya menawarkan saya untuk mengunjungi kawasan Peternakan Lebah ( Bee Farm ). Sebelum sampai lokasi, saya membayangkan bahwa saya akan diajak  mengunjungi  kawasan peternakan lebah yang besar dan penuh dengan petani-petani lebah yang sedang memanen madu. Tapi bayangan saya lenyap, ketika  mobil justru berhenti dalam sebuah toko madu.  Saya disambut seorang  petugas yang belakangan saya tahu ternyata adalah  show room dan toko madu. Dalam hati saya mengumpat, tapi saya ,mencoba bersabar. Menurut penjelasan sejumlah petugas ditoko tersebut , show room madu terbesar yang diproduksi dari sari bunga opium. Peternakan lebahnya ada di Chiangmai, dan di tempat itu merupakan pusat distribusinya. Memang sih, disamping toko madu itu saya ditunjukkan proses dan alat tentang tata cara memanen madu, tetapi penjelasan lisan. Nyaris tak ada petani dan lebah-lebah seperti yang saya bayangkan.  Dan  yang kemudian membuat saya tidak suka, keteika saya diajak masuk ke ruangan pribadi petugas itu. Secara basa-basi dia menjelaskan tentang manfaat madu  yang diproduksi oleh pabriknya, namun  ujung-ujungnya dia berkata , “ Sekarang, bapak mau beli yang mana ? Yang paling murah harganya 650 baht . Tapi kalau beli banyak kita akan tambah hadiah. “ ujar petugas tersebut. Saya diam cukup lama.  Saya merasa ditodong   dan dipaksa  membeli secara halus.  Saya sempat berkata, " Apa saya wajib beli ? " tanya saya. " Ya bapak sebaiknya beli pak. Kalau belum beli, bapak belum boleh keluar dari sini, " ujar lelaki itu sembari memanggil staffnya .  Dari luar masuklah seorang lelaki sambil membawa nota pembelian  untuk mencatat apa yang akan saya beli, meski saya belum mengambil keputusan.  Sebab, saya merasa, harga harga madu itu cukup mahal.  Jujur saya merasa terjebak dimasukkan ke tempat ini.  Lalu segera saya putuskan, saya untuk membeli madu ukuran terkecil dan saya baru dipersilahkan keluar ruangan. Belum lagi hilang rasa heran saya, tentang perlakuan penjual madu tersebut, ternyata perlakukan serupa juga saya temui di  beberapa tempat lain seperti : Pabrik Pengolahan Permata, maupun Taman Ular ( Snake Farm ). Semuanya  yang bermerek pabrik itu ternyata hanya toko sovenir semata. Trik-nya, sebelum "ditodong ",  Turis diberikan edukasi terlebih dulu tentang produk mereka , setelah itu ujung-ujungnya turis ditawari untuk membeli barang sebagai buah tangan. Ini beda dengan di Indonesia. Turis diberikan kebebasan untuk membeli atau tidak setelah melihat barang  barang yang mereka lihat. Tapi ini Thailand., bukan Indonesia. Turis yang datang harus meninggalkanuang mereka, bagaimanapun caranya. Ketika anda datang sebagai turis  dalam benak mereka anda pasti punya banyak uang. Dibandingkan dengan Indonesia, objek-objek wisata di Thailand nyaris tak ada yang istimewa. Bahkan, dari sisi materi Indonesia lebih kaya dari Thailand. Sebab, hampir sebagian besar objek wisata yang dijual di Thailand adalah objek wisata buatan ( artificial ). Ketika saya mengunjungi Pattaya , rasanya Sanur Bali lebih indah dibanding Pantai Pattaya. Begitu juga ketika saya  mengunjungi  Desa Wisata Nong Nooch Village, saya merasa Way Kambas dan Kasongan di Yogyakarta lebih original dibanding objek-objek wisata yang mereka tawarkan. Kesan saya, Nong Nooch hanya menjual pertunjukan sirkus gajah , seperti yang sering saya lihat di Pasar Malam Sekaten. Namun, sirkus gajah ini di ramu dengan parade kesenian budaya  Thailand, sehingga sirkus gajah menjadi salah satu bagian dari atraksi budaya mereka. Untuk melengkapi kawasan Desa Wisata itu,  Thailand sedang mengembangkan kawasan Nong Nooch itu sebagai pusat pelatihan gajah. Sekitar 5 hektar lahan sedang dipersiapkan sebagai wahana penangkaran gajah dan  ditargetkan dalam 2 tahun ke depan telah selesai. Bahkan, Nong Nooch sedang dipersiapkan menjadi  sebuah objek wisata Kebun Tropis di Thailand. Nah..saya yakin hal serupa dapat dilakukan oleh para pengelola Taman Nasional Way Kambas. Satu hal yang patut dicatat dari pariwisata di Thailand adalah, , sistem manajemen pariwisata yang terintegrasi, antara pelaku wisata dan pemerintah.  Sistem ini berjalan sangat rapi, sehingga   terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara satu bagian dengan bagian yang lain.  Untuk itu, , kita harus akui orang Thai lebih cerdas dalam mengemas objek wisata mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun