Mohon tunggu...
Sulistyan Wijaya
Sulistyan Wijaya Mohon Tunggu... -

Pengelana rimba kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kandidat Capres Demokrat Ditantang Strategi Pembangunan Perbatasan

22 Februari 2014   21:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:34 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_324056" align="alignnone" width="816" caption="Debat Bernegara di Balikpapan"][/caption] Balikpapan (22/2) - Debat Benergara Konvensi Partai Demokrat diselenggarakan ketujuh kalinya di Hotel Novotel, Balikpapan,  Kalimantan Timur, Sabtu (22/2).

Sesi pertama debat dihadiri oleh Anis Baswedan, Irman Gusman, Dahlan Iskan, dan Pramono Edhie Wibowo. Kali ini fokus membahas persoalan keamanan dan kesejahteraan di daerah perbatasan. Debat yang  dipandu  oleh Sofyan Effendi dan Andi Patton dari Universitas Mulawarman Kalimantan Timur dimulai dengan pertanyaan strategi kebijakan yang ditinjau dari segi “prosperity dan security” yang bakal diambil masing-masing Capres Konvensi jika mereka terpilih.

Anis Baswedan mengungkapkan bahwa strategi pembangunan perbatasan bukan memindahkan orang kota ke perbatasan, namun warga perbatasan harus menjadi subjek perbatasan. Dirinya focus terhadap masalah keamanan (security), transportasi, kesehatan dan pendidikan. “Transportasi, kesehatan, dan pendidikan, itu yg akan saya lakukan untuk peningkatan kesejahteraan daerah Kaltim”, jelasnya.

Di sisi lain, Irman Gusman menyampaikan bahwa kondisi kesejahteraan daerah perbatasan harus lebih baik dari daerah pusat. “Salah satunya membangun daerah”, imbuhnya.

Sedangkan Pramono Edhie Wibowo berpesan bahwa tembok perbatasan harus dibangun dengan rasa kebanggaan pada Indonesia. “Tembok bisa runtuh, tapi kebanggaan tak pernah hilang”, tegasnya seperti berorasi.

Berbeda dengan yang lain, kandidat Capres terkuat Konvensi Demokrat, Dahlan Iskan memberikan tanggapan konkrit. Menurutnya, kedepan energi tak boleh dibuang untuk sekedar membahas patok-patok perbatasan, sementara Indonesia sudah masuk era modern. “Patok kedepan harus berdasar titik koordinat”, terangnya.

Dahlan Iskan menambahkan bahwa di era modern ini Negara tidak bisa mengontrol negara lain, karena pengawasan dunia internasional sudah sangat ketat. Lebih baik fokus pada kesejahteraan dan harga diri kepada bangsa. “Selesaikan Sebatik, Nunukan, Tarakan, Mahakam, selebihnya kita lakukan pembangunan perkebunan dan lainnya. Karena itu fokus masa depan adalah fokus pada harga diri sebagai bangsa”, tandasnya.

Diakhir debat sesi pertama, Dahlan Iskan menunjukkan rasa harunya karena melihat pendukungnya dari Batak menari Tor-Tor yang diiringi rebana dari Qasidah al-Banjari. “Inilah cermin Indonesia sesungguhnya”, kata Dahlan. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun