Masih ingat pada Agustus 2013 lalu, masyarakat diramaikan oleh naiknya harga kedelai yang menembus Rp. 9.000/kg. Persoalannya adalah karena melemahnya kurs Rupiah yang mencapai Rp. 11.000,-/US Dollar, sedangkan kedelai merupakan salah satu komoditas yang diperdagangkan di bursa komoditas Internasional selain logam, minyak mentah, gandum, dan jagung. Selain itu, Indonesia adalah negara tujuan ekspor kedelai ke empat terbesar Amerika. Kedelai yang diimpor dari Amerika menguasai 85% pasar kedelai nasional. Hampir seluruhnya digunakan untuk pembuatan tempe. Negara kita harus mengimpor kedelai besar-besaran karena produksi kedelai kita sangat kecil. Sementara pertanian nasional mengalami persoalan kekurangan lahan, kekurangan pupuk, dan kekurangan infrastruktur yang serius. Tanah pertanian per kapita jauh tertinggal di bawah negara-negara tetangga.yang hanya sepertiga dari rata-rata dunia, Hal ini mengakibatkan impor jadi solusi karena lebih murah dan lebih cepat dibandingkan dengan memproduksi sendiri. Ditambah lagi, produksi dalam negeri sangat jauh dibawah kapasitas kebutuhan. Makanya Indonesia menjadi target pasar penting bagi negara-negara pengekspor produk pangan. Secara keseluruhan, biji-bijian, kedelai dan pakan ternak menempati 30 % impor pangan Indonesia. Lalu bagaimana solusinya? Melihat seriusnya masalah ini, Dahlan Iskan melihat peluang untuk mengatasi masalah pelik petani kedelai dengan bertemu langsung petani.di Grobogan pada hari Minggu (12/1/2014) terkait keinginan pemerintah untuk swasembada kedelai tahun 2014 ini. Solusi yang ditawarkannya antara lain dengan melibatkan BUMN yang dibawah kendalinya untuk menyewa lahan di desa seluas 5 hektare atau sekitar 7,5 bahu, dengan komposisi 6 bahu untuk lahan pertanian, sedangkan 1,5 bahu untuk peternakan sebagai pabrik pengolahan limbah ternak yang kotorannya dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik. Yang menggarap nantinya adalah petani langsung. Semua kebutuhan akan dipinjami BUMN. Sedangkan semua keuntungannya diberikan kepada petani penggarap.
Model ini sangat efektif untuk mengatasi persoalan petani diitengah ironi sebagai negara agraris yang tanahnya subur dan gemah ripah loh jinawi tapi menjadi bangsa pengimpor produk pangan. []
[caption id="attachment_315516" align="alignleft" width="650" caption=""Dahlan Iskan Quote""][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H